Minggu, 06 November 2016

Pembelajaran kehidupan

Ini lah kehidupan.

Banyak yang pro kepada kita, tidak sedikit yang kontra kepada kita.

Banyak orang baik di depan kita, tidak sedikit pula orang baik tersebut menjelekkan di belakang kita.

Inilah alasan saya tidak mau terlalu deket dengan siapa-siapa.

Cukup dengan orang tua dan keluarga,

kepada merekalah saya menceritakan semua keluh kesah suka duka setiap harinya.

Namun, saya bersyukur kepada orang-orang munafik tersebut telah memberikan saya pelajaran hidup baru,

Bahwa jangan terlalu dekat dengan orang, kadang mereka berbahaya.

Oh bukan, bukannya saya langsung menjudge seseorang. Saya tidak pernah menjudge orang sebelum saya kenal dan saya alami sendiri.

Apapun itu saya selalu berusaha berprasangka baik kepada orang-orang,

Hanya saja sekarang saya telah menemukan pelajaran baru tentang kehidupan.

Sakit rasanya dekat dengan orang-orang tersebut,

Tapi senang rasanya keluarga selalu ada memberikan support dan kasih sayang.

Daripada memikirkan orang-orang tersebut,

Marilah kita berfokus membahagiakan orang-orang disekeliling kita yang peduli pada kita dengan hati tulus tanpa dramatisme.

Kamis, 27 Oktober 2016

Jual Hijab Murah @auren.id

Assalamualaikum ukhti 🙏

Alhamdulillah kami sudah buka olshop hijab yang kami beri nama @auren.id pada tanggal 17 September 2016. Untuk pemula kami baru menjual segi4 rawis dan pashmina rawis. Segi4 rawis adalah kerudung segi4 yang tepi/pinggir tidak di jahit atau dibiarkan terurai. Segi4 rawis berukuran 115cmx115cm. Pashmina rawis berukuran 75cmx160cm, tetapi jika pashmina rawis yang terdapat rawis hanya di ukuran 75cm, jika sisi 160cm kami neci. Untuk bahan segi4 rawis adalah katun ima. Kalau bahan pashmina rawis adalah katun halus. Berikut daftar harga hijab yang kami jual :
*Untuk segi4 rawis :
1pcs : 25k
2pcs : 50k
3pcs : 75k
4pcs : 90k
5pcs : 100k (boleh campur warna)
*untuk pashmina :
1pcs : 35k
2pcs : 70k
3pcs : 100k (boleh campur warna)
Ohya ukhti tidak bisa campur antara segi4 dan pashmina, jika beli campur harga tetap normal ya😊
- tetap normal artinya jika ukhti beli segi4 rawis 2pcs dan pashmina rawis 2 pcs, maka harga segi4 rawis 2pcs = 50k dan pashmina rawis 2pcs = 70k jadi total 120k.

*Untuk pemesanan dapat mencantumkan format order di bawah ini :
Format order :
1. Nama :
2. Alamat :
3. Asal Kota :
4. No hp :
5. Pemesanan :
* Untuk pesan atau tanya-tanya dapat melalui Line kami yaitu id line : @xir4534b
*Untuk transfer saat ini hanya melalui Bank BNI.
*Untuk pengiriman barang dapat melalui kantor pos Indonesia atau JNE.
*Untuk melihat warna-warna yang lebih banyak dapat melalui instagram : @auren.id 👈
Atau untuk melihat testi hijab kami dapat menggunakan #testiauren
Sekian pengenalan singkat tentang olshop baru kami @auren.id semoga jadi berkah, amin allahuma amin.
Wassalamualaikum 🙏

Selasa, 13 September 2016

Masker alami dengan timun

Hello gengs!

Pada kali ini saya akan memberi sedikit tips masker alami yaitu menggunakan timun/mentimun. Berikut cara penggunaannya :

1. Cuci lah muka terlebih dahulu hingga bersih.

2. Gunakan timun yang dingin yang terdapat di kulkas, tapi jangan lupa cuci timun terlebih dahulu hingga bersih.

3. Potong tipis tipis timun dan tempelkan pada wajah kita hingga penuh menutupi wajah. Jika timun tidak menempel maka potongan timun anda kurang tipis.

4. Tunggu hingga 30 menit, pastikan jangan sampai anda tertidur, maka lebih baik menggunakan alarm.

5. Bilas menggunakan air hangat, lalu bilas kembali dengan air dingin untuk menutup kembali pori-pori kulit wajah.

6. Jika sudah, lap wajah anda dengan handuk halus. Jangan lap dengan cara menggosok wajah tapi cukup ditepuk-tepukkan pada wajah, dan gunakan handuk yang menyerap air dengan baik.

7. Jika sudah maka anda akan merasakan wajah yang bersih, kenyal, segar, dan cerah. Karena pada dasarnya manfaat mentimun pada wajah adalah :
• Mencerahkan kulit wajah
• Mengencangkan kulit wajah
• Melembabkan kulit wajah
• Menghaluskan kulit wajah

Sebaiknya lakukan masker timun ini seminggu 3x dengan RUTIN untuk hasil yang lebih makasimal.

Selamat mencoba gengs!

Kamis, 28 Juli 2016

Contoh berita banjir

‘Banjir Lagi’

Jakarta – Kamis, 21 April 2016 tepatnya peringatan hari lahirnya Raden Adjeng Kartini, Jalan Taman Bukit duri, Jakarta Selatan tergenang air. Banjir tidak sampai rel kereta Dipo hanya sampai halte depan SMAN 8 Jakarta . Banjir ini di akibatkan hujan sejak pagi dini hari. Kedalaman banjir sampai betis orang dewasa, namun pada sore hari sekitar pukul 15:00 WIB banjir sudah mulai surut hingga mata kaki orang dewasa. Banyak kendaraan yang menerobos banjir, seperti kendaraan bajaj dan motor, alhasil kendaraan mereka mogok, hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti posisi knalpot yang  kemasukan air dan posisi komponen kelistrikan lainnya berada di bawah atau komponen yang rawan rusak bila terkena air. Jika kendaraan sudah mogok maka apa yang harus kita lakukan? Bersikaplah tenang dan jangan panik, Cobalah untuk menyalakan mesin kembali. Starter beberapa kali, namun jangan memaksa hingga berlebihan. Jika mesin tidak nyala juga maka  memintalah bantuan warga setempat untuk mendorong kendaraan anda ke tempat yang surut. Jika sudah sampai pada tempat yang surut maka cobalah cek mesing-mesin kendaraan anda dan keringkan dahulu, jika sudah maka cobalah stater kembali kendaraan anda. Di musim hujan seperti ini hindarilah jalanan yang rawan banjir, dan terlebih dulu lakukan pengecekan mesin-mesin anda sebelum berangkat, demi keselamatan dan kenyamanan anda. Dan jangan coba-coba melakukan penerobosan karena kendaraan motor ,mobil, dan bajaj di rancang untuk di darat. Maka dari itulah budayakan mencegah menerobos banjir jika tidak ingin kendaraan anda mogok.

Es cendol khas betawi

Es cendol khas Betawi

Jakarta (16/6) - Sudahkah mencoba minuman es cendol khas betawi? Mungkin es cendol sudah tidak asing lagi bagi kita, minuman khas dari betawi ini memang sangat segar bila di santap di siang hari yang terik. Rasanya yang manis, legit, dan segar selepas diminum, membuat minuman tradisional ini masih diminati dari jaman dulu sampai sekarang. Masih banyak yang menjual es cendol, dari para pedagang dijajakan kaki lima bahkan sampai menu di restaurant mewah. Es cendol kini sudah diperkenalkan di Ikon Minuman Tradisional Nusantara (dikutip dari Resep Masakan Internasional). Tapi jangan salah, minuman ini mempunyai manfaat yang terkandung dalam bahan pembuatan. Contohnya seperti gula merah dapat berkhasiat membersihkan pembuluh darah, memperlancar pencernaan, mempercepat penyembuhan sariawan dan mencegah anemia. Dan santan dapat berkhasiat melawan kram otot dan juga santan berkhasiat menenangkan sel saraf yang kelewat tegang. Namun jika kalian ingin mencoba membuat es cendol, ini bahan yang diperlukan :

Bahan :

Cendol
Gula merah
Santan
Nangka
Pandan
Es batu

Berikut cara membuat :

1. Potong - potong 5 daging buah nangka
2. Campurankan lalu rebus gula jawa, air mineral, beserta daun pandan dan 5 potong daging buah nangka.
3. Rebus santan hingga mendidih

Cara penyajiannya :

Tuangkan cendol, lalu es batu, sesudah itu siram dengan air gula, lalu siram dengan santan, lalu tambahkan di atas potongan nangka. Dan siap untuk disajikan

Jumat, 10 Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA dari Teori Komunikasi Intrapersonal, Teori Komunikasi Antarpersonal, Teori Komunikasi Kelompok, Teori Komunikasi Organisasi, Teori Komunikasi Massa, Teori Komunikasi Antar Budaya, Teori Komunikasi Kritis

DAFTAR PUSTAKA dari Teori Komunikasi Intrapersonal, Teori Komunikasi Antarpersonal, Teori Komunikasi Kelompok, Teori Komunikasi Organisasi, Teori Komunikasi Massa, Teori Komunikasi Antar Budaya, Teori Komunikasi Kritis

Baran, Stanley J. & Dennis K. Davis. 2003. Mass Communication Theory:
        Foundation Ferment, and Future. USA Wadsworth.

Cangara Hafied, 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi.
        PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Denis, Mcquaild. 1996. Teori komunikasi Massa. Erlangga, Jakarta.

Jalaluddin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi.
        Remaja Rosdakarya, Bandung.

Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss 2008. Theories of Human
        Communication, Ninth Edition. Thomson Wadsworth.

McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa. Edisi 2. Erlangga, Jakarta.

Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Cespur, Malang.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Rajawali Pers, Jakarta.

Riverd William L. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern.
        PT Kencana, Jakarta.

Sari, Endang S. 1993. Audience Research. Andi Offset, Yogyakarta.

Severin J Werner. Tankard James W, 2001. Teori Komunikasi.
        Kharisma Putra Utama. Rawamangun.

Kesimpulan dari Teori Komunikasi Intrapersonal, Teori Komunikasi Antarpersonal, Teori Komunikasi Kelompok, Teori Komunikasi Organisasi, Teori Komunikasi Massa, Teori Komunikasi Antar Budaya, Teori Komunikasi Kritis

Kesimpulan dari Teori Komunikasi Intrapersonal, Teori Komunikasi Antarpersonal, Teori Komunikasi Kelompok, Teori Komunikasi Organisasi, Teori Komunikasi Massa, Teori Komunikasi Antar Budaya, Teori Komunikasi Kritis

Teori Komunikasi Intrapersonal adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Teori Komunikasi Antarpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Teori Komunikasi Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Teori Komunikasi Organisasi adalah koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Teori Komunikasi Massa adalah proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. Teori Komunikasi Antar Budaya yakni komunikasi antarpribadi yang dilakukan dengan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Teori Komunikasi Kritis adalah
Teori Komunikasi Intrapersonal terdapat Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory), Teori Interferensi (Interference Theory), dan The Decay Theory (Teori Peluruhan). Teori Komunikasi Antarpersonal terdapat Teori Kebutuhan Hubungan Interpersonal, Teori Analisis Transaksional (Transactional Analysis Theory), dan Uncertainty Reduction Theory (Teori Pengurangan Ketidakpastian). Teori Komunikasi Kelompok terdapat Sosial Exchange Model (Model Pertukaran Sosial), Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) Theory dan Teori Perbandingan Sosial Festinger. Dalam Teori Komunikasi Organisasi terdapat Teori Komunikasi Kewenangan, Teori Sistem Sosial dan Teori Lapangan Tentang Kekuasaan. Teori Komunikasi Massa terdapat Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratifications Theory), Teori Agenda Setting (Agenda Setting Theory), dan Media Equation Theory (Teori Persamaan Media). Teori Komunikasi Antar Budaya terdapat Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian, Teori Negosiasi Rupa (Face Negotiation Theory), dan Teori Kode Berbicara (Speech Codes Theory). Teori Komunikasi Kritis terdapat Teori Marxism, Teori Frankfurt School, dan Teori Feminist.
Lahirnya konteks komunikasi tentunya ada teori yang mendasari adanya konteks komunikasi, tidak ada satu konteks komunikasi-pun yang tidak mempunyai teori yang mendasarinya. Tentunya para ahli atau para pencetus menemukan teori tersebut bukanlah mudah seperti yang kita bayangkan, banyak proses yang tentunya terjadi. Para peneliti menemukan teori biasanya mengikuti teori yang sudah ada, jadi antara konteks komunikasi dan teori-teori yang mendasari adalah satu kesatuan utuh dan tentunya tidak dapat terpisahkan antara keduanya.

Pengertian Teori Komunikasi Kritis, Latar belakang Teori Kritis, Pencetus Teori Kritis, Asumsi Teori Kritis, Cabang dari Teori Komunikasi Kritis

2.7 Teori Komunikasi Kritis

2.7.1 Definisi Komunikasi Kritis

Teori   yang   menggunakan   metode   reflektif   dengan   melakukan   kritik secara   terus   menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang  ada, yang cenderung tidak kondusif   bagi   pencapaian   kebebasan,   keadilan,   dan   persamaan.  Teori   kritis   kental   dengan pembelaan terhadap kalangan lemah.
Tujuan dari teori kritis?
Menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Inti dari teori ini adalah kepercayaan bahwa masyarakat merupakan wujud dari konsensus dan mengutamakan keseimbangan.
Meskipun terdapat beberapa macam ilmu sosial kritis, menurut Sendjaja (1994:392) semuanya memiliki tiga asumsi dasar yang sama, yaitu:
Menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif. Yaitu bahwa ilmuwan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Secara khusus pendekatan   kritis   bertujuan   untuk   menginterpretasikan   dan   karenanya   memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas.
Pendekatan  ini   mengkaji   kondisi-kondisi  sosial   dalam   usahanya   untuk   mengungkap struktur-struktur     yang   seringkali   tersembunyi.     Kebanyakan   teori-teori   kritis mengajarkan   bahwa   pengetahuan   adalah   kekuatan   untuk   memahami   bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk merubah kekuatan penindas.
Pendekatan kritis secara sadar berupaya menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai perubahan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi hidup kita.
Beberapa karakteristik aliran kritik dalam hubungannya dengan ilmu komunikas :
Aliran  Kritis   lebih  menekankan   pada  unsur-unsur   filosofis   komunikasi.  Pertanyaan-pertanyaan yang sering dikemukakan oleh kaum kritis adalah siapa yang mengontrol arus komunikasi?  siapa yang   diuntungkan   oleh   arus   dan   struktur  komunikasi   yang  ada? ideologi apa yang ada dibalik media?.
Aliran Kritis melihat struktur sosial sebagai konteks yang sangat menentukan realitas, proses, dan dinamika komunikasi manusia. Bagi aliran ini, suatu penelitian komunikasi manusia,   khususnya   komunikasi   massa   yang   mengabaikan   struktur   sosial   sebagai variabel berpengaruh, dikatakan bahwa penelitian tersebut a-historis dan a-kritis.
Aliran   Kritis   lebih   memusatkan   perhatiannya   pada   siapa   yang   mengendalikan komunikasi. Aliran ini beranggapan bahwa komunikasi hanya dimanfaatkan oleh kelas yang berkuasa, baik untuk mempertahankan kekuasaannya maupun untuk merepresif pihak-pihak yang menentangnya.
Aliran Kritis sangat yakin dengan anggapan bahwa teori komunikasi manusia, khususnya teori-teori komunikasi massa, tidak mungkin akan dapat menjelaskan realitas secara utuh dan kritis apabila ia mengabaikan teori-teori tentang masyarakat. Oleh karena itu, teori komunikasi massa harus selalu berdampingan dengan teori-teori sosial.
Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik:
Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
Ciri khas Teori Kritis tidak lain ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang menjadi emansipatoris. Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah.
Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik.

2.7.2 Asumsi Teori Komunikasi Kritis

Teori kritis sendiri merupakan teori yang tidak berkaitan dengan prinsip-prinsip umum, tidak membentuk sistem ide. Teori ini berusaha memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari irasionalisme. Dengan demikian fungsi teori ini adalah emansipatoris. Ciri teori ini adalah :
Kritis terhadap masyarakat. Teori Kritis mempertanyakan sebab-sebab yang mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat. Struktur masyarakat yang rapuh ini harus diubah.
Teori kritis berpikir secara historis, artinya berpijak pada proses masyarakat yang historis. Dengan kata lain teori kritis berakar pada suatu situasi pemikiran dan situasi sosial tertentu, misalnya material-ekonomis.
Teori kritis tidak menutup diri dari kemungkinan jatuhnya teori dalam suatu bentuk ideologis yang dimiliki oleh struktur dasar masyarakat. Inilah yang terjadi pada pemikiran filsafat modern. Menurut Madzhab Frankfurt, pemikiran tersebut telah berubah menjadi ideologi kam kapitalis. Teori harus memilikikekuatan, nilai dan kebebasan untuk mengkritik dirinya sendiri dan menghindari kemungkinan untuk menjadi ideologi.
Teori kritis tidak memisahkan teori dari praktek, pengetahuan dari tindakan, serta rasio teoritis dari rasio praktis. Perlu digarisbawahi bahwa rasio praktis tidak boleh dicampuradukkan dengan rasio instrumental yang hanya memperhitungkan alat atau sarana semata. Madzhab Frankfurt menunjukkan bahwa teori atau ilmu yang bebas nilai adalah palsu. Teori kritis harus selalu melayani transformasi praktis masyarakat.

2.7.3 Teori-teori Komunikasi Kritis; Pencetus Teori dan Latar
   Belakang Teori.

2.7.3.1 Marxism

Teori kritis telah muncul jauh setelah karya Karl Marx dan Friedrich Engels, Marxisme jelas adalah cabang yang merupakan cikal bakal lahirnya teori kritis. Marx mengajarkan bahwa alat-alat produksi dalam masyarakat menentukan sifat (kesadaran) masyarakat; sehingga dalam pandangan Marx, ekonomi adalah dasar (basis) dari semua struktur sosial.
Dalam sistem yang kapitalistis, produksi dikendalikan oleh keuntungan (profit drives production), sebuah proses yang pada akhirnya akan menindas buruh atau kelas pekerja, karena dengan ini pandangan ini pengusaha akan berusaha memaksimalisasi keuntungan dengan mengurangi biaya produksi, termasuk menggaji buruh dengan uah yang sangat rendah. Hanya ketika kelas pekerja bangkit melawan kelompok dominan (kelompok kapitalis) yang dapat mengubah sarana produksi dan pembebasan pekerja dapat dicapai.
Dalam pandangan Marx, para buruh dapat bebas hanya jika penguasaan terhadap alat-alat produksi dihapuskan, inilah yang mendasari dari pandangan utopis Marx mengenai sebuah masyarakat tanpa kelas, dimana semua alat-alat produksi dimiliki secara bersama-sama. Tujuan dari revolusi komunis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dengan percobaan revolusi oleh PKI, adalah terciptanya masyarakat yang tanpa kelas dan tanpa pemilikan terhadap alat-alat produksi.
Teori Marxis klasik ini lebih jauh disebut kritik ekonomi politik. Ketertarikan terhadap bahasa tetap menjadi sangat penting bagi teori kritis. Dalam Marxisme, praktek komunikasi dipandang sebagai hasil dari ketegangan (tension) antara kreativitas individu dan kendala sosial pada kreativitas itu. Pembebasan akan terjadi hanya ketika setiap orang benar-benar bebas untuk mengekspresikan diri dengan kejernihan dan akal sehat. Paradoksnya adalah, bagaimanapun, bahasa juga merupakan kendala penting dalam ekspresi individu, terutama bagi bahasa yang berasal dari kelas dominan dan telah membentuk ideologi, akan membuat kelas pekerja menjadi sulit untuk memahami situasi mereka dan menjadi penghambat dalam menemukan cara-cara untuk mencapai emansipasi Dengan kata lain, bahasa yang dominan mendefinisikan dan melanggengkan penindasan terhadap kelompok marjinal.
Inilah yang menjadi tugas dari teori kritis, yaitu bagaimana menciptakan bentuk-bentuk baru dari bahasa (diskursus) yang akan memungkinkan ideologi dari kelompok marjinal dapat mencuat kepermukaan dan dapat didengar untuk kepentingan pembebasan.
Dalam catatan Everet M. Rogers, sebagaimana dikutip Stephen W. Littlejohn dalam Theories of Human Communication, pada abad ke-20 ajaran Karl Marx telah memengaruhi hampir semua cabang   ilmu   sosial,   meliputi   sosiologi,   pilitik,   ekonomi,   sejarah,   filsafat   dan   termasuk   didalamnya ilmu komunikasi. Pengaruh Marx dalam kajian komunikasi terutama bersumber dari analisisnya mengenai industri kapitalis dimana terjadi pertentangan antara kaum proletar dan buruh.
Maka, jika diandaikan dalam komunikasi dapat digambarkan bahwa media massa sebagai industri informasi yang hanya dikuasai oleh segelintir orang (pengusaha media massa) yang memiliki kepentingan ideologis, mengeksploitasi para pekerja media untuk menghasilkan informasi sesuai dengan ideologi pemiliknya. Maka para pekerja media kemudian akan terasing karena ia tidak memiliki atau hanya mendapatkan sedikit keuntungan dari industri tersebut. Mereka melakukan eksploitasi pekerja budaya dan konsumen secara material demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk mempertahankan kedudukannya, mereka melarang adanya ideologi lain yang akan mengganggu kepentingannya.

2.7.3.2 Frankfurt School

Frankfurt   School   merupakan   istilah   populer   untuk   menyebut   kelompok   cendekiawan   yang terhimpun dalam Frankfurt Institute of Sosial Reaseach yang berpusat di Universitas Frankfurt Jerman. Lembaga ini didirikan oleh Felix J. Weil pada tanggal 3 Februari 1923. Di antara mereka yang terkenal adalah Max Hokheimer, Theodore Adorno, Herbert Marcuse dan yang paling kontemporer adalah Habermas. Mazhab Frankfurt menolak pandangan Marxisme yang terlalu menekankan pada determinisme ekonomi. Karena pandangan determinisme ekonomi berangkat dari asumsi pemikiran positivistik yang menganggap bahwa metode ilmu alam dan prinsip ilmu alam dapat diterapkan dengan tepat pada bidang ilmu  pengetahuan sosial  budaya. 
Mereka  memandang ilmu pengetahuan  sosial budaya tidak bisa disamakan dengan ilmu alam, karena alam secara mendasar sangat berbeda dengan   manusia   dan   kegiatannya.   Dalam   pandangan   Habermas   paradigma   positivisme   itu mengabaikan peran manusia sebagai aktor yang memiliki karakteristik khas dan unik tidak seperti robot. Teori yang berusaha dibangun oleh Mazhab Frankfurt ingin melepaskan kehidupan dari model   cara   berpikir  positivisme   (rasionalitas   instrumental)  dimana  terjadi   penjajahan  dunia kehidupan (labenswelt) oleh sistem.
Mereka berkeyakinan bahwa ramalan Marx tentang akan hancurnya sistem kapitalisme tidak akan terbukti. Karena kapitalisme telah mengkonsolidasikan dan mengembangkan mekanisme efektif seperti pemenuhan hak-hak pekerja secara lebih proporsional, sehingga revolusi sosial yang akan menghancurkan kapitalisme tidak akan terjadi. Bentuk penindasannya pun tidak dengan cara fisik melainkan sangat halus sehingga kaum pekerja menganggapnya sebagai sesuatu yang normal.
Atas dasar pertimbangan itu maka para eksponen mazhab Frankfurt mengalihkan perhatiannya dari analisis ekonomi kapitalistik ke kritik atas penggunaan rasio intrumental pada masyarakat modern.
Adorno dan Hokheimer mengatakan dalam Dialectical Imagination, bahwa budaya industri telah membuat manusia tereifikasi. Manusia menjadi seperti robot yang dideterminasi oleh iklan yang ditampilkan oleh media massa. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih lagi karena semuanya telah ditentukan, distandarkan oleh budaya industri. Kostumer tidak lagi menjadi raja, tidak lagi menjadi subjek, tapi menjadi budak dan objek.
Jürgen Habermas beralih ke paradigma komunikasi dengan mengintegrasikan linguistic-analysis dalam   Teori   Kritis.   Komunikasi  adalah  titik   tolak   fundamental  Habermas   untuk   mengatasi kemandekan Teori Kritis para pendahulunya. Kegagalan para pendahulunya adalah karena teori kritis yang dilandasi rasio kritis akhirnya berubah menjadi mitos atau ideologi baru. Emansipasi yang diperjuangkan mereka hanya menjadi mitos yang tak kunjung selesai.
Dalam The Theory of Communicative Action, Habermas menyebut empat macam klaim untuk mencapai consensus dalam komunikasi:
Klaim kebenaran (claim of truth) yaitu ketika kita sepakat kepada dunia alamiah dan objektif. 
Klaim ketepatan (claim of rigtness), kala kita sepakat pada pelaksanaan norma-norma dalam kehidupan sosial.
Klaim kejujuran (claim of sincerity) yaitu kalau kita sepakat tentang kesesuaian antara bathiniah dengan ekspresi seseorang.
Klaim komprehensibilitas (claim of comprehensibility) jika kita sepakat dan  mampumenjelaskan ketiga klaim sebelumnya.
Komunikasi yang efektif melibatkan keempatklaim tersebut karena merupakan standar kompetensi komunikatif.
  “……maka untuk mencapai konsensus segala persoalan harus didialogkan dalam ruang yang bebas dari dominasi. Dialog dalam hal ini mengandaikan adanya kedudukan yang setara. Karena itu Habermas menekankan pentingnya etika dalam komunikasi seperti yang disebut di atas. Etika tersebut yaitu kondisi komunikasi yang menjamin sifat umum norma-norma yang dapat diterima dan   menjamin   otonomi  individu  melalui  kemampuan  emansipatoris   sehingga   menghasilkan pembentukan kehendak bersama lewat perbincangan.”
Terkait dengan dialog tersebut, Habermas memandang, salah satu mediumnya yaitu media massa. Media massa sebagai tempat untuk mengungkapkan pendapat dalam public sphere. Karenanya Habermas   mengandaikan   media   massa   mestinya   menjadi   ruang   yang   bebas   dari   dominasi sehingga segala macam pemikiran dapat didialogkan tanpa ada paksaan. Namun, sepertinya idealisasi Habermas terhadap media massa sangat utopis dalam masyarakat kapitalisme lanjut sekarang. Apalagi media massa umumnya cenderung berada dalam genggaman para pemilik modal yang lebih menekankan pada keuntungan dari budaya yang ditampilkannya.

2.7.3.3 Teori Feminist

Teori feminist merupakan perpanjangan dari feminisme ke teori, atau filsafat wacana, bertujuan untuk   memahami   sifat   ketidaksetaraan   gender.   Itu   menguji   perempuan   peran   sosial   dan pengalaman hidup, dan politik feminis dalam berbagai bidang, seperti antropologi dan sosiologi, psikoanalisis, ekonomi, kritik sastra, dan filsafat Berawal dari Edwin & Shirley Ardener, antropologis sosial Oxford University, yang melihat bahwa ternyata para antropolog melakukan penelitiannya dengan lebih banyak berbicara dan bertanya   kepada   kalangan   laki-laki   dewasa   pada   suatu   budaya   tertentu   untuk   kemudian mencatatnya dalam etnografi sebagai gambaran budaya secara keseluruhan.
Ardener awalnya berasumsi bahwa kurangnya perhatian terhadap pengalaman perempuan adalah sebuah masalah gender yang unik pada antropologi sosial. Tetapi hal ini kemudian ditelusuri lebih   lanjut   oleh   rekan   kerjanya,   Shirley   Ardener,   yang   menyadari   bahwa kebungkaman kelompok yang kurang kekuasaan menimpa kelompok-kelompok yang menempati tempat yang paling akhir dari tingkatan masyarakat. Orang-orang yang hanya memiliki kekuasaan yang rendah bermasalah dengan persoalan menyuarakan persepsi-persepsi mereka. Teori   kelompok  yang  dibungkam   ini   lalu  dikembangkan   secara  lebih   lengkap   oleh   Cheris Kramarae.  Kramarae adalah profesor speech communication dan sosiolog di Universitas Illinois. Dia juga profesor tamu di Pusat Studi Perempuan (Center for the Study of Women) di Universitas Oregon,   dan   baru-baru   ini   sebagai   dekan   di   Universitas   Perempuan   Internasional   (The International Woman’s University) di Jerman. Dia memulai karier penelitiannya pada tahun 1974 ketika dia memimpin sebuah studi sistematik mengenai cara-cara perempuan dilukiskan dalam kartun. Kramarae   (1981)   merancang   tiga   asumsi   yang   berpusat   pada   sajian   feminisnya   dari   teori kelompok yang dibungkam, yaitu,
1. Perempuan merasakan dunia yang berbeda dari laki-laki karena perempuan dan laki-laki memiliki pengalaman yang sangat berbeda. Pengalaman yang berbeda ini berakar pada divisi kerja masyarakat.
2. Karena laki-laki merupakan kelompok yang dominan di masyarakat, sistem persepsi mereka juga dominan. Dominasi ini menghalangi kebebasan ekspresi dari dunia model alternatif perempuan.
3. Sehingga,   agar   berpartisipasi   dalam   masyarakat,   perempuan   harus   mentransformasi modelnya dalam term sistem ekspresi yang dominan tersebut.

Pengertian Teori Komunikasi Kritis, Latar belakang Teori Kritis, Pencetus Teori Kritis, Asumsi Teori Kritis, Cabang dari Teori Komunikasi Kritis

2.7 Teori Komunikasi Kritis

2.7.1 Definisi Komunikasi Kritis

Teori   yang   menggunakan   metode   reflektif   dengan   melakukan   kritik secara   terus   menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang  ada, yang cenderung tidak kondusif   bagi   pencapaian   kebebasan,   keadilan,   dan   persamaan.  Teori   kritis   kental   dengan pembelaan terhadap kalangan lemah.
Tujuan dari teori kritis?
Menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Inti dari teori ini adalah kepercayaan bahwa masyarakat merupakan wujud dari konsensus dan mengutamakan keseimbangan.
Meskipun terdapat beberapa macam ilmu sosial kritis, menurut Sendjaja (1994:392) semuanya memiliki tiga asumsi dasar yang sama, yaitu:
Menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif. Yaitu bahwa ilmuwan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Secara khusus pendekatan   kritis   bertujuan   untuk   menginterpretasikan   dan   karenanya   memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas.
Pendekatan  ini   mengkaji   kondisi-kondisi  sosial   dalam   usahanya   untuk   mengungkap struktur-struktur     yang   seringkali   tersembunyi.     Kebanyakan   teori-teori   kritis mengajarkan   bahwa   pengetahuan   adalah   kekuatan   untuk   memahami   bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk merubah kekuatan penindas.
Pendekatan kritis secara sadar berupaya menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai perubahan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi hidup kita.
Beberapa karakteristik aliran kritik dalam hubungannya dengan ilmu komunikas :
Aliran  Kritis   lebih  menekankan   pada  unsur-unsur   filosofis   komunikasi.  Pertanyaan-pertanyaan yang sering dikemukakan oleh kaum kritis adalah siapa yang mengontrol arus komunikasi?  siapa yang   diuntungkan   oleh   arus   dan   struktur  komunikasi   yang  ada? ideologi apa yang ada dibalik media?.
Aliran Kritis melihat struktur sosial sebagai konteks yang sangat menentukan realitas, proses, dan dinamika komunikasi manusia. Bagi aliran ini, suatu penelitian komunikasi manusia,   khususnya   komunikasi   massa   yang   mengabaikan   struktur   sosial   sebagai variabel berpengaruh, dikatakan bahwa penelitian tersebut a-historis dan a-kritis.
Aliran   Kritis   lebih   memusatkan   perhatiannya   pada   siapa   yang   mengendalikan komunikasi. Aliran ini beranggapan bahwa komunikasi hanya dimanfaatkan oleh kelas yang berkuasa, baik untuk mempertahankan kekuasaannya maupun untuk merepresif pihak-pihak yang menentangnya.
Aliran Kritis sangat yakin dengan anggapan bahwa teori komunikasi manusia, khususnya teori-teori komunikasi massa, tidak mungkin akan dapat menjelaskan realitas secara utuh dan kritis apabila ia mengabaikan teori-teori tentang masyarakat. Oleh karena itu, teori komunikasi massa harus selalu berdampingan dengan teori-teori sosial.
Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik:
Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
Ciri khas Teori Kritis tidak lain ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang menjadi emansipatoris. Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah.
Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik.

2.7.2 Asumsi Teori Komunikasi Kritis

Teori kritis sendiri merupakan teori yang tidak berkaitan dengan prinsip-prinsip umum, tidak membentuk sistem ide. Teori ini berusaha memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari irasionalisme. Dengan demikian fungsi teori ini adalah emansipatoris. Ciri teori ini adalah :
Kritis terhadap masyarakat. Teori Kritis mempertanyakan sebab-sebab yang mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat. Struktur masyarakat yang rapuh ini harus diubah.
Teori kritis berpikir secara historis, artinya berpijak pada proses masyarakat yang historis. Dengan kata lain teori kritis berakar pada suatu situasi pemikiran dan situasi sosial tertentu, misalnya material-ekonomis.
Teori kritis tidak menutup diri dari kemungkinan jatuhnya teori dalam suatu bentuk ideologis yang dimiliki oleh struktur dasar masyarakat. Inilah yang terjadi pada pemikiran filsafat modern. Menurut Madzhab Frankfurt, pemikiran tersebut telah berubah menjadi ideologi kam kapitalis. Teori harus memilikikekuatan, nilai dan kebebasan untuk mengkritik dirinya sendiri dan menghindari kemungkinan untuk menjadi ideologi.
Teori kritis tidak memisahkan teori dari praktek, pengetahuan dari tindakan, serta rasio teoritis dari rasio praktis. Perlu digarisbawahi bahwa rasio praktis tidak boleh dicampuradukkan dengan rasio instrumental yang hanya memperhitungkan alat atau sarana semata. Madzhab Frankfurt menunjukkan bahwa teori atau ilmu yang bebas nilai adalah palsu. Teori kritis harus selalu melayani transformasi praktis masyarakat.

2.7.3 Teori-teori Komunikasi Kritis; Pencetus Teori dan Latar
   Belakang Teori.

2.7.3.1 Marxism

Teori kritis telah muncul jauh setelah karya Karl Marx dan Friedrich Engels, Marxisme jelas adalah cabang yang merupakan cikal bakal lahirnya teori kritis. Marx mengajarkan bahwa alat-alat produksi dalam masyarakat menentukan sifat (kesadaran) masyarakat; sehingga dalam pandangan Marx, ekonomi adalah dasar (basis) dari semua struktur sosial.
Dalam sistem yang kapitalistis, produksi dikendalikan oleh keuntungan (profit drives production), sebuah proses yang pada akhirnya akan menindas buruh atau kelas pekerja, karena dengan ini pandangan ini pengusaha akan berusaha memaksimalisasi keuntungan dengan mengurangi biaya produksi, termasuk menggaji buruh dengan uah yang sangat rendah. Hanya ketika kelas pekerja bangkit melawan kelompok dominan (kelompok kapitalis) yang dapat mengubah sarana produksi dan pembebasan pekerja dapat dicapai.
Dalam pandangan Marx, para buruh dapat bebas hanya jika penguasaan terhadap alat-alat produksi dihapuskan, inilah yang mendasari dari pandangan utopis Marx mengenai sebuah masyarakat tanpa kelas, dimana semua alat-alat produksi dimiliki secara bersama-sama. Tujuan dari revolusi komunis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dengan percobaan revolusi oleh PKI, adalah terciptanya masyarakat yang tanpa kelas dan tanpa pemilikan terhadap alat-alat produksi.
Teori Marxis klasik ini lebih jauh disebut kritik ekonomi politik. Ketertarikan terhadap bahasa tetap menjadi sangat penting bagi teori kritis. Dalam Marxisme, praktek komunikasi dipandang sebagai hasil dari ketegangan (tension) antara kreativitas individu dan kendala sosial pada kreativitas itu. Pembebasan akan terjadi hanya ketika setiap orang benar-benar bebas untuk mengekspresikan diri dengan kejernihan dan akal sehat. Paradoksnya adalah, bagaimanapun, bahasa juga merupakan kendala penting dalam ekspresi individu, terutama bagi bahasa yang berasal dari kelas dominan dan telah membentuk ideologi, akan membuat kelas pekerja menjadi sulit untuk memahami situasi mereka dan menjadi penghambat dalam menemukan cara-cara untuk mencapai emansipasi Dengan kata lain, bahasa yang dominan mendefinisikan dan melanggengkan penindasan terhadap kelompok marjinal.
Inilah yang menjadi tugas dari teori kritis, yaitu bagaimana menciptakan bentuk-bentuk baru dari bahasa (diskursus) yang akan memungkinkan ideologi dari kelompok marjinal dapat mencuat kepermukaan dan dapat didengar untuk kepentingan pembebasan.
Dalam catatan Everet M. Rogers, sebagaimana dikutip Stephen W. Littlejohn dalam Theories of Human Communication, pada abad ke-20 ajaran Karl Marx telah memengaruhi hampir semua cabang   ilmu   sosial,   meliputi   sosiologi,   pilitik,   ekonomi,   sejarah,   filsafat   dan   termasuk   didalamnya ilmu komunikasi. Pengaruh Marx dalam kajian komunikasi terutama bersumber dari analisisnya mengenai industri kapitalis dimana terjadi pertentangan antara kaum proletar dan buruh.
Maka, jika diandaikan dalam komunikasi dapat digambarkan bahwa media massa sebagai industri informasi yang hanya dikuasai oleh segelintir orang (pengusaha media massa) yang memiliki kepentingan ideologis, mengeksploitasi para pekerja media untuk menghasilkan informasi sesuai dengan ideologi pemiliknya. Maka para pekerja media kemudian akan terasing karena ia tidak memiliki atau hanya mendapatkan sedikit keuntungan dari industri tersebut. Mereka melakukan eksploitasi pekerja budaya dan konsumen secara material demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk mempertahankan kedudukannya, mereka melarang adanya ideologi lain yang akan mengganggu kepentingannya.

2.7.3.2 Frankfurt School

Frankfurt   School   merupakan   istilah   populer   untuk   menyebut   kelompok   cendekiawan   yang terhimpun dalam Frankfurt Institute of Sosial Reaseach yang berpusat di Universitas Frankfurt Jerman. Lembaga ini didirikan oleh Felix J. Weil pada tanggal 3 Februari 1923. Di antara mereka yang terkenal adalah Max Hokheimer, Theodore Adorno, Herbert Marcuse dan yang paling kontemporer adalah Habermas. Mazhab Frankfurt menolak pandangan Marxisme yang terlalu menekankan pada determinisme ekonomi. Karena pandangan determinisme ekonomi berangkat dari asumsi pemikiran positivistik yang menganggap bahwa metode ilmu alam dan prinsip ilmu alam dapat diterapkan dengan tepat pada bidang ilmu  pengetahuan sosial  budaya. 
Mereka  memandang ilmu pengetahuan  sosial budaya tidak bisa disamakan dengan ilmu alam, karena alam secara mendasar sangat berbeda dengan   manusia   dan   kegiatannya.   Dalam   pandangan   Habermas   paradigma   positivisme   itu mengabaikan peran manusia sebagai aktor yang memiliki karakteristik khas dan unik tidak seperti robot. Teori yang berusaha dibangun oleh Mazhab Frankfurt ingin melepaskan kehidupan dari model   cara   berpikir  positivisme   (rasionalitas   instrumental)  dimana  terjadi   penjajahan  dunia kehidupan (labenswelt) oleh sistem.
Mereka berkeyakinan bahwa ramalan Marx tentang akan hancurnya sistem kapitalisme tidak akan terbukti. Karena kapitalisme telah mengkonsolidasikan dan mengembangkan mekanisme efektif seperti pemenuhan hak-hak pekerja secara lebih proporsional, sehingga revolusi sosial yang akan menghancurkan kapitalisme tidak akan terjadi. Bentuk penindasannya pun tidak dengan cara fisik melainkan sangat halus sehingga kaum pekerja menganggapnya sebagai sesuatu yang normal.
Atas dasar pertimbangan itu maka para eksponen mazhab Frankfurt mengalihkan perhatiannya dari analisis ekonomi kapitalistik ke kritik atas penggunaan rasio intrumental pada masyarakat modern.
Adorno dan Hokheimer mengatakan dalam Dialectical Imagination, bahwa budaya industri telah membuat manusia tereifikasi. Manusia menjadi seperti robot yang dideterminasi oleh iklan yang ditampilkan oleh media massa. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih lagi karena semuanya telah ditentukan, distandarkan oleh budaya industri. Kostumer tidak lagi menjadi raja, tidak lagi menjadi subjek, tapi menjadi budak dan objek.
Jürgen Habermas beralih ke paradigma komunikasi dengan mengintegrasikan linguistic-analysis dalam   Teori   Kritis.   Komunikasi  adalah  titik   tolak   fundamental  Habermas   untuk   mengatasi kemandekan Teori Kritis para pendahulunya. Kegagalan para pendahulunya adalah karena teori kritis yang dilandasi rasio kritis akhirnya berubah menjadi mitos atau ideologi baru. Emansipasi yang diperjuangkan mereka hanya menjadi mitos yang tak kunjung selesai.
Dalam The Theory of Communicative Action, Habermas menyebut empat macam klaim untuk mencapai consensus dalam komunikasi:
Klaim kebenaran (claim of truth) yaitu ketika kita sepakat kepada dunia alamiah dan objektif. 
Klaim ketepatan (claim of rigtness), kala kita sepakat pada pelaksanaan norma-norma dalam kehidupan sosial.
Klaim kejujuran (claim of sincerity) yaitu kalau kita sepakat tentang kesesuaian antara bathiniah dengan ekspresi seseorang.
Klaim komprehensibilitas (claim of comprehensibility) jika kita sepakat dan  mampumenjelaskan ketiga klaim sebelumnya.
Komunikasi yang efektif melibatkan keempatklaim tersebut karena merupakan standar kompetensi komunikatif.
  “……maka untuk mencapai konsensus segala persoalan harus didialogkan dalam ruang yang bebas dari dominasi. Dialog dalam hal ini mengandaikan adanya kedudukan yang setara. Karena itu Habermas menekankan pentingnya etika dalam komunikasi seperti yang disebut di atas. Etika tersebut yaitu kondisi komunikasi yang menjamin sifat umum norma-norma yang dapat diterima dan   menjamin   otonomi  individu  melalui  kemampuan  emansipatoris   sehingga   menghasilkan pembentukan kehendak bersama lewat perbincangan.”
Terkait dengan dialog tersebut, Habermas memandang, salah satu mediumnya yaitu media massa. Media massa sebagai tempat untuk mengungkapkan pendapat dalam public sphere. Karenanya Habermas   mengandaikan   media   massa   mestinya   menjadi   ruang   yang   bebas   dari   dominasi sehingga segala macam pemikiran dapat didialogkan tanpa ada paksaan. Namun, sepertinya idealisasi Habermas terhadap media massa sangat utopis dalam masyarakat kapitalisme lanjut sekarang. Apalagi media massa umumnya cenderung berada dalam genggaman para pemilik modal yang lebih menekankan pada keuntungan dari budaya yang ditampilkannya.

2.7.3.3 Teori Feminist

Teori feminist merupakan perpanjangan dari feminisme ke teori, atau filsafat wacana, bertujuan untuk   memahami   sifat   ketidaksetaraan   gender.   Itu   menguji   perempuan   peran   sosial   dan pengalaman hidup, dan politik feminis dalam berbagai bidang, seperti antropologi dan sosiologi, psikoanalisis, ekonomi, kritik sastra, dan filsafat Berawal dari Edwin & Shirley Ardener, antropologis sosial Oxford University, yang melihat bahwa ternyata para antropolog melakukan penelitiannya dengan lebih banyak berbicara dan bertanya   kepada   kalangan   laki-laki   dewasa   pada   suatu   budaya   tertentu   untuk   kemudian mencatatnya dalam etnografi sebagai gambaran budaya secara keseluruhan.
Ardener awalnya berasumsi bahwa kurangnya perhatian terhadap pengalaman perempuan adalah sebuah masalah gender yang unik pada antropologi sosial. Tetapi hal ini kemudian ditelusuri lebih   lanjut   oleh   rekan   kerjanya,   Shirley   Ardener,   yang   menyadari   bahwa kebungkaman kelompok yang kurang kekuasaan menimpa kelompok-kelompok yang menempati tempat yang paling akhir dari tingkatan masyarakat. Orang-orang yang hanya memiliki kekuasaan yang rendah bermasalah dengan persoalan menyuarakan persepsi-persepsi mereka. Teori   kelompok  yang  dibungkam   ini   lalu  dikembangkan   secara  lebih   lengkap   oleh   Cheris Kramarae.  Kramarae adalah profesor speech communication dan sosiolog di Universitas Illinois. Dia juga profesor tamu di Pusat Studi Perempuan (Center for the Study of Women) di Universitas Oregon,   dan   baru-baru   ini   sebagai   dekan   di   Universitas   Perempuan   Internasional   (The International Woman’s University) di Jerman. Dia memulai karier penelitiannya pada tahun 1974 ketika dia memimpin sebuah studi sistematik mengenai cara-cara perempuan dilukiskan dalam kartun. Kramarae   (1981)   merancang   tiga   asumsi   yang   berpusat   pada   sajian   feminisnya   dari   teori kelompok yang dibungkam, yaitu,
1. Perempuan merasakan dunia yang berbeda dari laki-laki karena perempuan dan laki-laki memiliki pengalaman yang sangat berbeda. Pengalaman yang berbeda ini berakar pada divisi kerja masyarakat.
2. Karena laki-laki merupakan kelompok yang dominan di masyarakat, sistem persepsi mereka juga dominan. Dominasi ini menghalangi kebebasan ekspresi dari dunia model alternatif perempuan.
3. Sehingga,   agar   berpartisipasi   dalam   masyarakat,   perempuan   harus   mentransformasi modelnya dalam term sistem ekspresi yang dominan tersebut.

Pengertian Teori Komunikasi Antar Budaya, Latar belakang Teori Antar Budaya, Pencetus Teori Antar Budaya, Asumsi Teori Komunikasi Antar Budaya, Cabang Teori dari Teori Komunikasi Antar Budaya

2.6 Teori Komunikasi Antar Budaya

2.6.1 Definisi Teori Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, “harus dicatat bahwa studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi (William B. Hart II,1996). Kita dapat juga memberikan definisi komunikasi antarbudaya yang paling sederhana, yakni komunikasi antarpribadi yang dilakukan dengan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Dengan pemahaman yang sama maka komunikasi antarbudaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut:
Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.
Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
Komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang terbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
Komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seseorang yang berkebudayaan tertentu kepada seseorang yang berkebudayaan lain.
Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang kebudayaannya.
Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.
Komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan, atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilanpribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Kemampuan lintas budaya terdiri atas tiga komponen, diantaranya :
Komponen pengetahuan (knowledge)
Definisi dari pengetahuan adalah pemahaman akan pentingnya identitas etnik/kebudayaan dan kemampuan melihat apa yang penting bagi orang lain. Artinya, mengetahui tentang suatu identitas kebudayaan dan mampu melihat segala perbedaan, misalnya, antara ah;li identitas kolektif dan ahli identitas individu.
Komponen kesadaran (mindfulness)
Kesadaran secara sederhana berarti secara biasa dan teliti untuk menyadari. Hal ini berarti kesiapan berganti ke perspektif baru.
Komponen kemampuan (skill)
Kemampuan mengacu kepada kemampuan untuk menegosiasi identitas melalui observasi yang teliti, menyimak, empati, kepekaan non-verbal, kesopanan, penyusunan ulang, dan kolaborasi. Anda tahu jika anda memperoleh negosiasi identitas yang efektif jika kedua pihak merasa dipahami, dihormati, dan dihargai.
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan.
Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama.
Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita.
Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara
Fungsi Komunikasi Antar Budaya
Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi komunikasi  antar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber  dari seorang individu.
a.    Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku  komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas  sosial.  Perilaku  itu dinyatakan melalui  tindakan berbahasa  baik secara  verbal  dan  nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri  maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul  suku  bangsa,  agama,  maupun tingkat pendidikan seseorang.
b.    Menyatakan intergrasi social
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan  antarpribadi, antarkelompok  namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan  yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan  komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi  antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya  yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan,  maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
c.    Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
Fungsi Sosial
a.    Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi  antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada  kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi  antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan  "perkembangan" tentang  lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan  oleh  media massa  yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa  yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam  sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
b.    Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang  dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan  jembatan  atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol  melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling  menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan  makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks  komunikasi termasuk komunikasi massa.
c.    Sosialisasi Nilai
Fungsi  sosialisasi  merupakan fungsi untuk mengajarkan dan  memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada  masyarakat lain.
d.   Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi  antarbudaya. Misalnya menonton  tarian  dari kebudayaan lain. Hiburan  tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

2.6.2 Asumsi Teori Komunikasi Antarbudaya

Didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994:19).
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003:13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.
Philipsen (dalam Griffin, 2003) mendeskripsikan budaya sebagai suatu konstruksi sosial dan pola simbol, makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang dipancarkan secara mensejarah. Pada dasarnya, budaya adalah suatu kode.
Terdapat empat dimensi krusial yang dapat untuk memperbandingkan budaya-budaya, yaitu:
a.       Jarak kekuasaan (power distance)
b.      Maskulinitas.
c.       Penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance).
d.      Individualisme.

2.6.3 Teori-teori Komunikasi Antarbudaya; Pencetus Teori dan Latar
   Belakang Teori.

2.6.3.1 Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian

Teori yang di publikasikan William Gudykunst ini memfokuskan pada perbedaan budaya pada kelompok dan orang asing. Ia berniat bahwa teorinya dapat digunakan pada segala situasi dimana terdapat perbedaan diantara keraguan dan ketakutan. Perbedaannya dapat dijelaskan dengan apakah seseorang merupakan anggota dari sebuah kebudayaan dengan konteks yang tinggi atau kebudayaan dengan konteks yang rendah. Kebudayaan dengan konteks yang tinggi sangat mengandalkan keseluruhan situasi untuk menafsirkan kejadian-kejadian dan kebudayaan dengan konteks rendah lebih mengandalkan pada isi verbal yang jelas dari pesan-pesan. Para anggota kebudayaan dengan konteks yang tinggi, seperti orang-orang Jepang, mengandalkan isyarat non-verbal dan informasi tentang latar belakang seseorang untuk mengurangi ketidakpastian, tetapi para anggota dari kebudayaan dengan konteks rendah seperti orang-orang inggris menanyakan pertanyaan langsung berhubungan dengan pengalaman, sikap dan keyakinan.
William Gudykunst menggunakan istilah komunikasi efektif kepada proses-proses meminimalisir ketidakmengertian. Penulis lain menggunakan istilah accuracy, fidelity, understanding untuk hal yang sama.
Gudykunst menyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar penyebab dari kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok. Terdapat dua penyebab dari mis-interpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai perbedaan pada ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat afeksi- suatu emosi.
Di tahun-tahun terakhir, Gudykunst telah memperluas teori ini secara mendalam, bahwa teori tersebut sekarang telah mencakup sekitar 50 dalil yang berhubungan dengan konsep diri, motivasi, reaksi, terhadap orang yang baru, penggolongan sosial, proses-proses situasional, hubungan dengan orang-orang baru, dan beberapa hal lain yang berhubungan dengan kecemasan dan keefektifan. Jelasnya, kecemasan dan ketidakpastian berhubungan dengan seluruh sifat-sifat komunikasi, prilaku, dan pola-pola, serta kombinasi ini mempengaruhi apa yang kita lakukan dalam percakapan dengan orang-orang yang tidak kita kenal.
Asumsi Dasar dan Uraian Teori
Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theory:
Konsep diri dan diri.
Meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan.
Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing.
Meningkatnya kebutuhan diri untuk masuk di dalam kelompok ketika kita berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kecemasan.
Reaksi terhadap orang asing.
Sebuah peningkatan dalam kemampuan kita untuk memproses informasi yang kompleks tentang orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan kita untuk memprediksi secara tepat perilaku mereka.
Sebuah peningkatan untuk mentoleransi ketika kita berinteraksi dengan orang asing menghasilkan sebuah peningkatan mengelola kecemasan kita dan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan memprediksi secara akurat perilaku orang asing.Sebuah peningkatan berempati dengan orang asing akan menghasilkan suatu peningkatan kemampuan memprediksi perilaku orang asing secara akurat.
Kategori sosial dari orang asing.
Sebuah peningkatan kesamaan personal yang kita persepsi antara diri kita dan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan kita dan kemampuan memprediksi perilaku mereka secara akurat. Pembatas kondisi: pemahaman perbedaan-perbedaan kelompok kritis hanya ketika orang orang asing mengidentifikasikan secara kuat dengan kelompok.
Sebuah peningkatan kesadaran terhadap pelanggaran orang asing dari harapan positif kita dan atau harapan negatif akan menghasilkan peningkatan kecemasan kita dan akan menghasilkan penurunan di dalam rasa percaya diri dalam memperkrakan perilaku mereka.
Proses situasional.
Sebuah peningkatan di dalam situasi informal di mana kita sedang berkomunikasi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah penurunan kecemasan kita dan sebuah peningkatan rasa percaya diri kita terhadap perilaku mereka.
Koneksi dengan orang asing.
Sebuah peningkatan di dalam rasa ketertarikan kita pada orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku mereka.
Sebuah peningkatan dalam jaringan kerja yang kita berbagi dengan orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan menghasilkan peningkatan rasa percaya diri kita untuk memprediksi perilaku orang lain.

2.6.3.2 Teori Negosiasi Rupa (Face Negotiation Theory)

Dikembangkan oleh Stella Ting-Toomey dan koleganya, teori negoisasi rupa memberikan sebuah dasar untuk memperkirakan bagaimana manusia akan menyelesaikan karya rupa dalam kebudayaan yang berbeda.Jadi, ini adalah perluasan alami dari teori-teori tentang argumentasi. Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey ini membantu menjelaskan perbedaan –perbedaan budaya dalam merespon konflik. Ting-Toomey berasumsi bahwa orang-orang dalam setiap budaya akan selalu negotiating face. Istilah itu adalah metaphor citra diri publik kita, cara kita menginginkan orang lain melihat dan memperlakukan diri kita. Face work merujuk pada pesan verbal dan non verbal yang membantu menjaga dan menyimpan rasa malu (face loss), dan menegakkan muka terhormat.
Identitas kita dapat selalu dipertanyakan, dan kecemasan dan ketidakpastian yang digerakkan oleh konflik yang membuat kita tidak berdaya/harus terima. Postulat teori ini adalah face work orang-orang dari budaya individu akan berbeda dengan budaya kolektivis. Ketika face work adalah berbeda, gaya penangan konflik juga beragam.
Asumsi Dasar dan Uraian Teori
Budaya memiliki dampak signifikan terhadap bagaimana orang berkomunikasi dan mengelola konflik satu sama lain secara individu, dan antar kelompok. Budaya memberikan kerangka acuan untuk interaksi individu dan kelompok karena terdiri dari nilai, norma, kepercayaan, dan tradisi yang memainkan peranan besar dalam bagaimana seseorang atau kelompok mengidentifikasi diri.
Dr Ting-Toomey menyatakan bahwa konflik dapat berasal baik dari benturan langsung dari kepercayaan budaya dan nilai-nilai, atau sebagai akibat dari misapplying harapan tertentu dan standar perilaku untuk suatu situasi tertentu. Face-Negosiasi Teori mengidentifikasi tiga masalah tujuan bahwa konflik akan berkisar:. Konten, relasional, dan identitas.
Konten tujuan konflik adalah isu-isu eksternal yang individu memegang dalam hal tinggi. Tujuan konflik relasional, seperti namanya, lihat bagaimana individu mendefinisikan, atau idealnya akan mendefinisikan hubungan mereka dengan anggota lain dalam situasi konflik.
Akhirnya, identitas gol berbasis melibatkan masalah konfirmasi identitas, rasa hormat, dan persetujuan dari anggota konflik. Tujuan ini memiliki koneksi terdalam dengan budaya dan mereka yang paling langsung berhubungan dengan menyelamatkan muka isu.
Teori ini menawarkan model pengelolaan konflik sebagai berikut:
Avoiding (penghindaran) – saya akan menghindari diskusi perbedaan-perbedaan saya dengan anggota kelompok.
Obliging (keharusan) – saya akan menyerahkan pada ke kebijakan anggota kelompok.
Compromising – saya akan menggunakan memberi dan menerima sedemikian sehingga suatu kompromi bisa dibuat.
Dominating – saya akan memastikan penanganan isu sesuai kehendak-ku.
Integrating – saya akan menukar informasi akurat dengan anggota kelompok untuk memecahkan masalah bersama-sama.
Face-negotiation teory menyatakan bahwa avoiding, obliging, compromising, dominating, dan integrating bertukar-tukar menurut campuran perhatian mereka untuk self-face dan other –face

2.6.3.3 Teori Kode Berbicara (Speech Codes Theory)

Teori yang dipublikaskan Gerry Philipsen ini berusaha menjawab tentang keberadaan speech code dalam suatu budaya, bagaimana substansi dan kekuatannya dalam sebuah budaya. Ia menyampaikan proposisi-proposisi sebagai berikut:
Dimanapun ada sebuah budaya, disitu diketemukan speech code yang khas.
Sebuah speech code mencakup retorikal, psikologi, dan sosiologi budaya.
Pembicaraan yang signifikan bergantung speech code yang pembicara dan pendengar untuk memkreasi dan menginterpretasi komunikasi mereka.
Istilah, aturan, dan premis terkait ke dalam pembicaraan itu sendiri.
Kegunaan suatu speech code bersama adalah menciptakan kondisi memadai untuk memprediksi, menjelaskan, dan mengontrol formula wacana tentang intelijenitas, prudens (bijaksana, hati-hati) dan moralitas dari perilaku komunikasi.
Asumsi Dasar dan Uraian Teori
Teori kode berbicara mengacu pada kerangka kerja untuk komunikasi dalam masyarakat tutur tertentu. Sebagai disiplin akademis, ini mengeksplorasi cara di mana kelompok berkomunikasi berdasarkan sosial, jenis kelamin budaya, pekerjaan atau faktor lainnya. Sebuah kode berbicara juga dapat didefinisikan sebagai "sistem konstruksi sosial historis berlaku istilah, makna, tempat, dan aturan, tentang perilaku komunikatif."
Definisi dasar dari kode berbicara sosiolog Basil Bernstein adalah, "sebuah prinsip coding adalah aturan yang mengatur apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya dalam konteks tertentu" (Miller, 2005).
Menurut profesor komunikasi dan penulis Katherine Miller (2005), teori kode berbicara memiliki latar belakang dalam antropologi, linguistik dan komunikasi. Pengaruh penting lainnyaadalah karyaantropolog danahli bahasa DelHymes (Miller, 2005). Fokusnya adalah pada praktek pidato lokal dalam situasi budaya dansosial.
Dell Hymes menemukan model berbicara yang akan membantu dalam kode berbicara di komunitas tertentu (sebagaimana dilaporkan oleh Miller), diantaranya:
•         Situasi (pengaturan atau adegan)
•         Peserta (analisis kepribadian dan posisi sosial atau hubungan)
•         Ends (tujuan dan hasil)
•         Kisah Para Rasul(pesan, bentuk, isi, dll)
•         Kunci (nada atau mode)
•         Sarana (saluran atau modalitas digunakan)
•         Norma (kerangka kerja untuk memproduksi dan pengolahan pesan)
•         Genre (jenis interaksi)

Pengertian Teori Komunikasi Massa, Latar belakang Teori Massa, Pencetus Teori Massa, Asumsi Teori Massa, Cabang dari Teori Komunikasi Massa

2.5 Teori Komunikasi Massa

2.5.1 Definisi Teori Komunikasi Massa

Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya, dan ada pula dari sifat pesannya.
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yanh variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa ialah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan sumber lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor teknisi, dan sebagainya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih awal), terkendali oleh redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga.
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio dan telivisi, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif.
Selain itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya.
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, media massa berasal dari kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa, yakni media tradisional seperti kentongan, gamelan, angklung, dan lain-lain. Jadi disini jelas media massa menunjuk dari hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.
Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Menurut Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) sesuatu bisa didefinisikan komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut:
Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan dan mentransmisikan pesan kepada khalayak yang luas dan tersebar.
Komunikator dalam komunikasi massa mencoba untuk berbagi pengetahuan dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.
Pesan yang disampaikan bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang, dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.
Komunikator dalam komunikasi massa biasanya berupa organisasi formal atau berbentuk suatu lembaga.
Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper, artinya pesan yang disampaikan atau disebarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.
Umpan balik yamg diterima dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan dengan mengunakan media massapada sejumlah besar orang.
Joseph R. Dominick: Komunikasi massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.
Jalaluddin Rakhmat merangkum: Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology : An Introduction to the study of communication,
Pengertian pertama: komunikasi massa adalah komunikasi yang dijtujukan kepada massa, kepada khlayak yang luar biasa banyaknya. Ini bukan berarti khlayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang ang menonton televisi, setidaknya cakupan khlayak itu besar dan pada umumnya sukar untuk didefinisikan.
Pengertian kedua :Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan visual. Komunikasi barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya, seperti : (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita.)
William R. Rivers dkk komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara:
1.      Komunikasi oleh media.
2.      Komunikasi untuk massa.
Namun, Komunikasi Massa tidak berarti komunikasi untuk setiap orang. Pasalnya, media cenderung memilih khalayak; demikian pula, khalayak pun memilih-milih media.
Karakteristik Komunikasi Massa menurut William R. Rivers dkk.:
Satu arah.
Selalu ada proses seleksi –media memilih khalayak.
Menjangkau khalayak luas.
Membidik sasaran tertentu, segmentasi.
Dilakukan oleh institusi sosial (lembaga media/pers); media dan masyarakat saling memberi pengaruh/interaksi.
McQuail menyebut ciri utama komunikasi massa dari segi:
Sumber : bukan satu orang, tapi organisasi formal, “sender”-nya seringkali merupakan komunikator profesional.
Pesan : beragam, dapat diperkirakan, dan diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak; merupakan produk dan komoditi yang bernilai tukar.
Hubungan pengirim-penerima bersifat satu arah, impersonal, bahkan mungkin selali sering bersifat non-moral dan kalkulatif.
Penerima merupakan bagian dari khalayak luas.
Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima.
Lengkapnya, Karakteristik Komunikasi Massa menurut para pakar komunikasi :
Komunikator Melembaga (Institutionalized Communicator) atau Komunikator Kolektif (Collective Communicator) karena media massa adalah lembaga sosial, bukan orang per orang.
Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang banyak.
Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneos) penerimaan oleh massa.
Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal dan terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.
Berlangsung satu arah (one way traffic communication).
Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback) atau Tidak Langsung (Indirect Feedback); respon audience atau pembaca tidak langsung diketahui seperti pada komunikasi antarpribadi.
Ada lima tahap yang berbeda yang membentuk proses komunikasi massa:
Sebuah pesan diformulasikan oleh komunikator profesional.
Pesan akan dikirim dengan cara yang relatif cepat dan berkelanjutan melalui penggunaan media (biasa dipergunakan cetak, film, atau siaran).
Pesan mencapai relatif besar dan beragam (yaitu, massa) penonton, yang hadir ke media dengan cara selektif.
Setiap anggota dari penonton menafsirkan pesan sedemikian rupa sehingga mereka mengalami makna yang kurang lebih paralel dengan yang dimaksudkan oleh komunikator professional.
Sebagai hasil dari ini mengalami makna, anggota audiens dipengaruhi dalam beberapa cara: yaitu, komunikasi memiliki beberapa efek.

2.5.2 Asumsi Teori Komunikasi Massa

Dasar adanya teori ini karena zaman terus berkembang dimana manusia semakin kritis dan perkembangan teknologi tidak bisa dan tidak boleh dihentikan. Informasi semakin mudah diciptakan dan didapatkan karena perkembangan media massa yang sedemikian pesat. Pesatnya perkembangan teknologi di bidang komunikasi massa mau tak mau akan memberikan banyak efek yang beragam bagi setiap individu yang menerimanya, efek ini dapat membuat pintar publik namun dapat juga menyebabkan pembodohan terhadap publik. Namun demikian, komunikasi massa tetap menjadi sebuah perwujudan dari perkembangan zaman yang seharusnya dilihat dan dijaga agar tetap selalu berefek positif sesuai dengan fungsi dari komunikasi massa itu sendiri. Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari komunikasi massa, antara lain :
1.      Fungsi pengawasan
Pengawasan peringatan
Pengawasan instrumental
2.      Fungsi interpretasi
3.      Fungsi hubungan (linkage)
4.      Fungsi sosialisasi
5.      Fungsi hiburan
Disamping itu dalil yang mendasari munculnya komunikasi massa, diantaranya :
Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait; media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki aturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat.

Media massa merupakan sumber kekuatan atau alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.

Media merupakan lokasi (atau forum) yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional atau internasional.

Media sering sekali berperan sebgai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembanagan tata-cara, mode , gaya hidup dan norma-norma.

Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

     2.5.3 Teori-teori Komunikasi Massa; Pencetus Teori dan Latar
   Belakang Teori.

2.5.3.1 Teori Kegunaan dan Kepuasan(Uses and Gratifications Theory)

Teori kegunaan dan kepuasan diperkenalkan pertama kali pada tahun 1974 oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch. Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif dalam memilih dan menggunakan media massa. Audience atau khalayak memiliki peran yang aktif dalam memilih media dalam rangka memenuhi kebutuhannya dan khalayak juga selektif dalam memilih media yang tepat dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Teori ini merupakan kebalikan dari teori jarum hipodermik atau teori peluru dimana pada teori tersebut audience atau khalayak dianggap pasif dan media sangat powerful dalam menyuntikkan pesan-pesannya kepada khalayak. Sementara dalam teori ini khalayak yang justru powerful dalam memilih media dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Hal ini memiliki arti bahwa terjadi proses seleksi media yang dilakukan oleh khalayak.
Formula yang dirumuskan untuk menjelasakan teori ini adalah probabilitas seleksi akan sama dengan janji imbalan dibagi dengan upaya yang diperlukan. Formula ini menjelaskan bahwa imbalan atau hal yang didapat oleh khalayak dalam memenuhi kebutuhannya dibandingkan dengan upaya yang diperlukan dalam mengakses media tersebut atau manfaat yang akan diperoleh akan menghasilkan kemungkinan dipilihnya media massa tersebut oleh khalayak dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Gratifikasi atau kepuasan yang bersifat umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial.
Bahkan sebelumnya karya klasik oleh Herta Herzog (1944) memulai tahap awal penelitian Kegunaan dan Gratifikasi. Dia berusaha membagi alsan-alasan orang melakukan bentuk-bentuk alsan yang berbeda mengenai perilaku media, seperti membaca surat kabar dan membaca radio.
Herxog mempelajari mengenai peran dari keinginan dan kebutuhan khalayak, dan ia sering kali diasosiakan sebagai pelopor asli teori Kegunaan dan Gratifikasi (meskipun label ini baru muncul di kemudian hari)
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Menurut Katz, Blumler, Gurevitch, (1974:20) mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar teori ini, diantaranya :
Khalayak dianggap aktif; artinya,sebagian penting dari penggunaan meida massa dirumuskan mempunyai tujuan.
Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya.
Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari dat yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
Penilaian tentang aarti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh khlayak. (Blummler, dan Katz 1974:22).
Studi pengaruh yang klasik pada mulanya mempunyai anggapan bahwa konsumen media, bukannya pesan media, sebagai titik awal kajian dalam komunikasi massa. Dalam kajian ini yang diteliti adalah perilaku komunikasi khalayak dalam relasinya dengan pengalaman langsungnya dengan media massa. Khalayak diasumsikan sebagai bagian dari khalayak yang aktif dalam memanfaatkan muatan media, bukannya secara pasif saat mengkonsumsi media massa(Rubin dalam Littlejohn, 1996 : 345).
Di sini khalayak diasumsikan sebagai aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap sebagai hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain.
Riset yang dilakukan dengan pendekatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarfeld yang meneliti alasan masyarakat terhadap acara radio berupa opera sabun dan kuis serta alasan mereka membaca berita di surat kabar (McQuail, 2002 : 387).
Kebanyakan perempuan yang mendengarkan opera sabun di radio beralasan bahwa dengan mendengarkan opera sabun mereka dapat memperoleh gambaran ibu rumah tangga dan istri yang ideal atau dengan mendengarkan opera sabun mereka merasa dapat melepas segala emosi yang mereka miliki. Sedangkan para pembaca surat kabar beralasan bahwa dengan membeca surat kabar mereka selain mendapat informasi yang berguna, mereka juga mendapatkan rasa aman, saling berbagai informasi dan rutinitas keseharian (McQuail, 2002 : 387).
Teori kegunaan dan kepuasan juga adalah salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratifications menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah uses and gratifications mencoba untuk menjawab pertanyan : “Mengapa orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?”
Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media persons interactions sebagai berikut :
Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emosi
Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan social
Personal identity, yaitu referensi diri; eksplorasi realitas; penguatan nilai
Surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi) (McQuail, 2002 : 388).
Teori ini juga membahas mengenai kebutuhan dan biasanya sangat erat kaitannya dengan teori Maslow, yang terdiri atas :
Physiological Needs
Safety Needs
Belonging Needs
Esteem Needs
Self-actualization Needs
Uses and Gratifications merupakan suatu gagasan menarik, tetapi pendekatan ini tidak mampu melakukan eksplorasi terhadap berbagai hal secara lebih mendalam

2.5.3.2 Teori Agenda Setting (Agenda Setting Theory)

Teori Penentuan Agenda (Agenda Setting Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah:
Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu;
Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain;
Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal
“Pers mungkin tidak berhasil banyak waktu dalam menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa” Bernard C. Cohen, 1963.
Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada konsep “The World Outside and the Picture in our head”, penelitian empiris teori ini dilakukan Mc Combs dan Shaw ketika mereka meniliti pemilihan presiden tahun 1972.
Mereka mengatakan antara lain walaupun para ilmuwan yang meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan yang penting dalam membentuk realitas social kita, ketika mereka melaksanakan tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita. Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa.
Media massa berfungsi menyusun agenda untuk diskusi, kebutuhan-kebutuhan dan kehidupan orang-orang. penting atau tidaknya diskusi tersebut ditentukan dan diperluas oleh media massa. Menurut teori ini media massa mempunyai fungsi yang berbeda sesuai dengan jenis mediannya.
Misalnya, televisi mempunyai agenda settingnya berlaku dalam waktu pendek yang memprioritaskaan pada agenda setting sebagai lampu sorot. Adapun pada surat kabar sangat memperhatikan agenda setting tentang masalah publik, politik, atau masalah-masalah yang sedang aktual di masyarakat.
Mengikuti pendapat Chaffed dan Berger (1997) ada beberapa catatan penting yang perlu dikemukakan untuk memperjelas teori ini:
Teori ini mempunyai kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang sama-sama menganggap penting suatu isu.
Teori ini mempunyai kekuatan memprediksikan sebab memprediksi bahwa jika orang-orang mengekspos pada satu media yang sama, mereka akan merasa isu yang sama tersebut penting.
Teori ini dapat dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos media yang sama maka mereka tidak akan mempunyai kesamaan bahwa isu media itu penting.
Sementara itu, Stephen W. Littlejhon (1992) pernah mengatakan, agenda setting ini beroperasi dalam tiga bagian sebagai berikut:
Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda setting media itu terjadi pada waktu pertama kali.
Agenda media dalam banyak hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar kekuatan media mampu mempengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu melakukannya.
Agenda pubik mempengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dinggap penting bagi individu.
Dengan demikian, agenda setting ini memprediksikan bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik, semantara agenda publik sendiri akhirnya mempengaruhi agenda kebijakan.
Asumsi Dasar dan Uraian Teori
Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitkan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada suratkabar, frekuensi penayangan, posisi dalam suratkabar, posisi dalam jam tayang). Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public agenda).
Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (Community Salience).
Model agenda setting menghidupkan kembali model jarum hipodermik, tetapi fokus penelitian telah bergeser dari efek pada sikap dan pendapat kepada efek kesadaran dan efek pengetahuan. Asumsi dasar teori ini, menurut Cohen (1963) adalah : The press is significantly more than a surveyor of information and opinion. It may not be successful much of the time in telling the people what to think, but it stunningly successful in telling leaders what to think about. To tell what to think about. artinya membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Dengan teknik pemilihan yang menonjol, media memberikan test case tentang isu apa yang lebih penting. Asumsi agenda setting model ini mempunyai kelebihan karena mudah untuk diuji.
Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang lebih banyak mendapat perhatian dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya, akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media massa. oleh karena itu agenda setting model menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan tersebut. Dengan kata lain, apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat (Elvinaro, dkk, 2007: 76-77).
Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek komunikasi massa.

2.5.3.3 Media Equation Theory (Teori Persamaan Media)

Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass (professor jurusan komunikasi Universitas Stanford Amerika) dalam tulisannya The Media Equation: How People Treat Computers, Television, and New Media Like Real People and Places pada tahun 1996. Teori ini relatif sangat baru dalam dunia komunikasi massa.
Media Equation Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab persoalan mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahkan secara otomatis merespon apa yang dikomunikasikan media seolah-olah (media itu) manusia? Dengan demikian, menurut asumsi teori ini, media diibaratkan manusia. Teori ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face.
Misalnya, kita berbicara (meminta pengolahan data) dengan komputer kita seolah komputer itu manusia. Kita juga menggunakan media lain untuk berkomunikasi. Bahkan kita berperilaku secara tidak sadar seolah-olah media itu manusia.
Dalam komunikasi interpersonal misalnya, manusia bisa belajar dari orang lain, bisa dimintai nasihat, bisa dikritik, bisa menjadi penyalur kekesalan atau kehimpitan hidup. Apa yang bisa dilakukan pada manusia ini bisa dilakukan oleh media massa.
Dalam media cetak misalnya, kita bisa meminta nasihat masalah-masalah psikologi pada rubrik konsultasi psikologi di media massa itu, kita bisa mencari jodoh juga bisa lewat media, misalnya dalam rubrik kontak jodoh. Kita bisa tertawa, sedih, iba terhadap apa yang disajikan media. Intinya, layaknya manusia media bisa melakukan apa saja yang dikehendaki individu bahkan bisa jadi lebih dari itu.
Contoh lain adalah ketika kita melihat televisi. Jika televisi yang kita lihat itu ukurannya kecil dan suaranya kecil, ada kemungkinan kita menontonnya lebih dekat jika dibanding dengan televisi yang besar. Kita bisa meniru berbagai adegan dalam televisi sama persis seperti yang disajikannya. Perilaku semacam itu, sama seperti yang dilakukan pada individu yang lain. Ketika yang kita ajak bicara suaranya kecil, kita cenderung mendekat.
Dalam hal ini televisi dan komputer diberlakukan sebagai aktor sosial. Artinya, aturan yang mempengaruhi perilaku setiap hari individu-individu dalam interaksi dengan orang lain relatif sama seperti ketika orang-orang berinteraksi dengan komputer atau televisi. Kalau orang berinteraksi dengan memakai aturan tertentu, televisi dan komputer juga punya aturan tertentu juga seperti dalam situasi lingkungan sosial.
Dalam proses interaksi sosial dikatakan bahwa orang-orang cenderung dekat dan menyukai satu sama lain karena terjadinya kesamaan satu sama lain, misalnya kesamaan kebutuhan, kepercayaan, status sosial, senasib dan lain-lain. Para penonton televisi pun punya kecenderungan melihat acara-acara televisi yang bisa memenuhi kebutuhannya atau bahkan mereka menonton televisi dengan alasan kurang kuat karena ada persamaan kepercayaan. Sekedar contoh misalnya, penonton dari kalangan Islam tentunya akan enggan menonton acara masak-memasak di televisi dengan bahan utamanya daging babi.
Alasannya, daging babi dianggap haram (tidak boleh dimakan) oleh umat ini. Hal demikian akan berbeda dengan penganut agama lain yang tidak mengharamkan daging babi. Itu artinya, orang-orang menggunakan televisi atau komputer tidak sekedar peralatan saja, tetapi aktor sosial.