Jumat, 10 Juni 2016

Teori Komunikasi Intrapersonal, Pencetus Teori, Latar belakang Teori, Asumsi Teori Komunikasi Intrapersonal, Cabang Teori Komunikasi Intrapersonal

2.1 Teori Komunikasi Intrapersonal

2.1.1 Definisi Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Sepintas lalu, memang agak lucu kedengarannya, kalau ada orang yang berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

Terjadi proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri sesorang.

Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari pancaindra yang dimilikinya. Hasil kerja dari proses pikiran tadi setelah dievaluasi pada gilirannya akan memberikan pengaruh pada pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.

Dalam proses pengambilan keputusan, sering kali seseorang dihadapkan pada pilihan Ya atau Tidak. Keadaan semacam ini membawa seseorang pada situasi berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam mempertimbangkan untung ruginya suatu keputusan yang akan diambil. Cara ini hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan dirinya sendiri.
Beberapa kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap sesuatu yang terjadi dalam diri individu, belum dapat dinilai sebagai proses komunikasi, melainkan suatu aktivitas internal monolog (Asante, 1979).

Studi tentang komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal Communication) kurang begitu banyak mendapat perhatian terkecuali dari kalangan yang berminat dalam bidang psikologi behavioristik.

Menurut Lance Morrow dalam majalah Time (1998) mengatakan bahwa “berbicara dengan diri sendiri sering kali merupakan hal yang yang tidak bermartabat-pikiran jahat, pembenaran terhadap diri sendiri, serta maki-makian”. Sedangkan menurut Joan Aitken dan Leonard Shedletsky (1997) menyatakan bahwa komunikasi intrapersonal sebnarnya lebih dari itu. Komunikasi macam ini melibatkan banyak penilaian akan perilaku orang lain.

Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo’a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.

Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
Namun, pada tahun 1992, Pengertian tentang ‘communication intrapersonal’ itu sendiri adalah ambigu: banyak definisi tampak melingkar karena mereka meminjam, menerapkan dan dengan demikian mendistorsi fitur konseptual (misalnya, pengirim, penerima, pesan, dialog) ditarik dari komunikasi antar-orang normal, tidak diketahui entitas atau orang -bagian yang diduga melakukan ‘intrapersonal’ tukar, dalam banyak kasus, sebuah bahasa yang sangat pribadi yang mengemukakan, setelah analisis, ternyata benar-benar dapat diakses dan akhirnya tidak dapat dipertahankan. Secara umum, komunikasi intrapersonal tampaknya timbul dari kecenderungan untuk menafsirkan proses mental batin yang mendahului dan menyertai perilaku komunikatif kita seolah-olah mereka juga jenis lain proses komunikasi.
Komunikasi intrapersonal terjadi sebelum- pada saat- dan setelah terjadi komunikasi interpersonal. Dengan kata lain komunikasi intrapersonal mengiringi proses komunikasi interpersonal meski ia bisa berdiri sendiri. Komunikasi intrapersonal yang mengiri komunikasi interpersonal bertujuan untuk melakukan prediksi, evaluasi dan penguatan dalam kita berelasi sosial.
Pada Tahun 1990 terjadi sebuah kekacauan, Sebuah buku yang bertajuk Komunikasi YearBook mengeluarkan asumsi bahwa Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang memiliki konsef yang Cacat. Komunikasi intrapersonal, tampak, muncul dari serangkaian kejanggalan logis dan linguistik.
Pengertian tentang ‘communicaton intrapersonal’ itu sendiri adalah ambigu: banyak definisi tampak melingkar karena mereka meminjam, menerapkan dan dengan demikian mendistorsi fitur konseptual (misalnya, pengirim, penerima, pesan, dialog) ditarik dari komunikasi antar-orang normal, tidak diketahui entitas atau orang -bagian yang diduga melakukan ‘intrapersonal’ tukar, dalam banyak kasus, sebuah bahasa yang sangat pribadi yang mengemukakan, setelah analisis, ternyata benar-benar dapat diakses dan akhirnya tidak dapat dipertahankan.
Secara umum, komunikasi intrapersonal tampaknya timbul dari kecenderungan untuk menafsirkan proses mental batin yang mendahului dan menyertai perilaku komunikatif kita seolah-olah mereka juga jenis lain proses komunikasi. Titik keseluruhan adalah bahwa rekonstruksi proses mental batin kita dalam bahasa dan idiom percakapan sehari-hari masyarakat sangat dipertanyakan, lemah di terbaik.

Komunikasi  intrapersonal  meliputi  sensasi,  persepsi,  memori,  dan  berpikir.  Sensasi  adalah proses  menangkap  stimuli.  Persepsi  adalah  proses  memberi  makna  pada  sensasi  sehingga manusia  memperoleh  pengetahuan  baru.  Dengan  kata  lain,  persepsi  mengubah  sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berfikir  adalah  mengolah  dan  memanipulasikan  informasi  untuk  memenuhi  kebutuhan  atau memberikan respons.

1.  Sensasi

Sensasi berasal dari kata “sense” artinya, alat pengindraan yang menghubungkan organisme dengan  lingkungannya.  Menurut  B.  Wolman,  sensasi  adalah  pengalaman  elementer  yang segera,  yang  tidak  memerlukan  penguraian  verbal,  simbolis,  atau  konseptual,  dan  terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.  Psikologi  menyebutkan  sembilan  alat  indera  yang  digunakan  oleh  manusia:  penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperatur, rasa sakit, perasa, dan penciuman. Sumber  informasi  bisa  berasal  dari  dunia  luar  (eksternal),  atau  dari  dalam  diri  sendiri (internal).
Informasi  dari  luar  diindera  oleh  eksteroseptor,  sedangkah  informasi  dari  dalam diindera  oleh  interoseptor.  Selain  itu,  gerakan  tubuh  kita  sendiri  diindera  oleh proprioseptor. Semua  yang  menyentuh  alat  indera  baik  dari  dalam  ataupun  dari  luar  disebut stimuli. Batas minimal intensitas stimuli disebut ambang mutlak (absolut threshold).  Ketajaman  sensasi  juga  ditentukan  oleh  faktor-faktor  personal.  Perbedaan  sensasi  dapat disebabkan  oleh  perbedaan  pengalaman  atau  lingkungan  budaya,  disamping  kapasitas  alat indera yang berbeda.

2.  Persepsi

Persepsi  adalah  pengalaman  tentang  objek,  peristiwa,  atau  hubungan-hubungan  yang diperoleh  dengan  menyimpulkan  informasi  dan  menafsirkan  pesan.  Persepsi  ialah memberikan  makna  pada  stimuli  inderawi  (sensory  stimuli).  Sensasi  adalah  bagian  dari persepsi.  Meskipun  begitu,  menafsirkan  makna  inderawi  tidak  hanya  melibatkan  sensasi,tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. (Desiderato, 1976:129) Seperti  juga  sensasi,  persepsi  juga  ditentukan  oleh  faktor  personal  dan  faktor  situasional. David Krech dan Richard S Crutchfield menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural.

Faktor yang mempengaruhi persepsi :

Faktor eksternal penarik perhatian seperti gerakan, intensitas stimuli, kebaruan (novelty), pengulangan.
Perhatian yaitu proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Apa  yang  kita perhatikan  ditentukan  oleh  faktor-faktor  situasional  dan  personal. 
Faktor  situasional terkadang  disebut  sebagai  determinan  perhatian  yang  bersifat  eksternal  atau  menarik perhatian  (attention  getter).  Sebuah  stimuli  diperhatikan  karena  memiliki  sifat-sifat  yang menonjol, antara lain
Gerakan = Manusia secara visual lebih tertarik pada objek-objek yang bergerak
Intensitas stimuli = Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol daripada stimuli yang lainnya.
Kebaruan (Novelty) = Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian.
Perulangan = Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian.

Faktor internal penarik perhatian adalah factor biologis yaitu factor kebutuhan biologis pada saat itu; dan factor sosiopsikologis yeng meliputi minat, kebiasaan, sikap. Biologis, sosiopsikologis

Faktor fungsional adalah yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kerangka acuan seseorang yang semuanya merupakan factor personal.

Faktor structural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek fisiologis pada individu
Faktor  fungsional  berasal  dari  kebutuhan,  pengalaman  masa  lalu  dan  hal-hal  lain  yang termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukanlah jenis  atau  bentuk  stimuli,  tetapi  karakteristik  orang  yang  memberikan  respons  pada  stimuli itu.  Dari  sini,  Krech  dan  Crutchfield  merumuskan  dalil  persepsi  yang  pertama:  persepsi bersifat  selektif  secara  fungsional.  Dalil  ini  berarti  bahwa  objek-objek  yang  mendapat tekanan  dalam  persepsi  kita  biasanya  objek-objek  yang  memenuhi  tujuan  individu  yang melakukan persepsi.
Faktor-faktor  fungsional  yang  mempengaruhi  persepsi  lazim  disebut  sebagai  kerangka rujukan. Wever dan Zener menunjukkan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal eratnya bergantung  pada  rangkaian  objek  yang  dinilainya.  Kerangka  rujukan  mempengaruhi bagaimana  orang  memberi  makna  pada  pesan  yang  diterimanya.  Menurut  McDavid  dan Harari (1968:140), para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan amat berguna untuk menganalisa interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.
Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi :
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf  yang ditimbulkannya  pada  sistem  saraf  individu.  Menurut  teori  Gestalt,  bila  kita  mempersepsisesuatu,  kita  mempersepsinya  sebagai  suatu  keseluruhan.  Kita  tidak  melihat  bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya.  Dari  prinsip  ini,  Krech  dan  Crutchfield  melahirkan  dalil  persepsi  yang  kedua:  medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan  melihat  konteksnya.  Walaupun  stimuli  yang  kita  terima  itu  tidak  lengkap,  kita  akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. 
Dalam  hubungannya  dengan  konteks,  Krech  dan  Crutchfield  menyebutkan  dalil  persepsi yang  ketiga:  sifat-sifat  perseptual  dan  kognitif  dari  substruktur  ditentukan  pada  umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota  kelompok,  semua  sifat  individu  yang  berkaitan  dengan  sifat  kelompok  akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.

Asimilasi  terjadi  jika  sifat-sifat  kelompok  menonjolkan  atau  melemahkan  diri  individu. Sedangkan  kontras  terjadi  bila  kita  melihat  sifat-sifar  objek  persepsi  kita  bertolak  belakang dengan sifat-sifat kelompoknya.
Karena  manusia  selalu  memandang  stimuli  dalam  konteksnya,  dalam  strukturnya,  maka  ia pun  akan  mencoba  mencari  struktur  pada  rangkaian  stimuli.  Sturktur  ini  diperoleh  dengan jalan  mengelompokkan  berdasarkan  kedekatan  atau  persamaan.  Prinsip  kedekatan menyatakan bahwa stimuli yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu kelompok.  Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang keempat: objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.
Pada persepsi sosial, pengelompokkan tidak murni struktural, sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu tidaklah dianggap sama atau berdekatan oleh individu yang lain. Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Pengelompokkan kultural erat kaitannya denga label; dan yang kita beri label yang sama cenderung dipersepsi sama.  Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditanggapi sebagai bagian dari struktur  yang  sama.  Sering  terjadi  hal-hal  yang  berdekatan  juga  dianggap  berkaitan  atau mempunyai  hubungan  sebab  akibat.  Menurut  Krech  dan  Crutchfield,  kecenderungan  untuk mengelompokkan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.
3.  Memori
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik  persepsi  (dengan  menyediakan  kerangka  rujukan)  maupun  berpikir.  Mempelajari memori  membawa  kita  pada  psikologi  kognitif,  terutama  pada  model  manusia  sebagai pengolah informasi.  Menurut  Schlessinger  dan  Groves,  memori  adalah  sistem  yang  sangat  berstruktur,  yang menyebabkan  organisme  sanggup  merekam  fakta  tentang  dunia  dan  menggunakan pengetahuannya  untuk  membimbing  perilakunya.  Menurut  John  Griffith,  kapasitas  memori manusia adalah sebesar seratus triliun bit.
Memori  melewati  tiga  proses:  perekaman,  penyimpanan,  dan  pemanggilan.
Perekaman (encoding)  adalah  pencatatan  informasi  melalui  reseptor  indera  dan  sirkit  saraf  internal.
Penyimpanan  (storage)  adalah  menentukan  berapa  lama  informasi  itu  berada  beserta  kita, dalam  bentuk  apa,  dan  dimana.
Penyimpanan  bisa  aktif  atau  pasif.  Kita  menyimpan  secara aktif bila kita menambahkan informasi tambahan. Kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan  kesimpulan  kita  sendiri.  Sedangkan  penyimpanan  pasif  adalah  tidak  adanya penambahan informasi.
Pemanggilan adalah menggunakan informasi yang disimpan, menggungkapkan kembali informasi apabila diperlukan.
Jenis-Jenis Memori
Pengingatan (Recall) proses aktif untuk mrnghasilkan fakta dan informasi secara verbatim/kata demi kata, tanpa petunjuk yg jelas.
Pengenalan (Recognition) untuk mrnginggat kembali sebuah fakta agak susah dibandingkan pengenalan kembali, dalam pengenalan ada petunjuk yang dijadikan acuan.
Belajar lagi (Relearning) menguasai kembali pelajaran yang pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memori dengan menghafalkan kembali
Redintegrasi (Redintegration) merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.


4.  Berpikir
Proses  keempat  yang  mempengaruhi  penafsiran  terhadap  stimuli  adalah  berpikir.  Dalam berpikir  kita  melibatkan  semua  proses  antara  lain  sensasi,  persepsi,  dan  memori.
Menurut Floyd  L.  Ruch,  berpikir  merupakan  manipulasi  atau  organisasi  unsur-unsur  lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang  tampak.  Jadi,  berpikir  menunjukkan  berbagai  kegiatan  yang  melibatkan  penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa.
Berpikir  melibatkan  penggunaan  lambang,  visual  atu  grafis.  Berpikir  kita  lakukan  untuk memahami  realitas  dalam  rangka  mengambil  keputusan  (decision  making),  memecahkan persoalan  (problem  solving),  dan  menghasilkan  yang  baru  (creativity).  Memahami  realitas berarti  menarik  kesimpulan,  meneliti  berbagai  kemungkinan,  penjelasan  dari  realitas eksternal  dan  internal.  Secara  singkat,  Anita  Taylor  mendefinisikan  berpikir  sebagai  proses penarikan kesimpulan.
Ada  dua  macam  berpikir:  berpikir  autistik  dan  berpikir  realistik.
Dengan  berpikir  autistik orang  melarikan  diri  dari  kenyataan,  dan  melihat  hidup  sebagai  gambar-gambar  fantastis.
Berpikir realistik, disebut juga nalar (reasoning) adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri  dengan  dunia  nyata.  Floyd  L.  Ruch  menyebut  tiga  macam  berpikir  realistik:  deduktif, induktif, dan evaluatif.
Berpikir  deduktif  adalah  mengambil  kesimpulan  dari  dua  pernyataan;  yang  pertama merupakan  pernyataan  umum.  Dalam  berpikir  deduktif,  kita  mulai  dari  hal-hal  umum  pada hal-hal  yang  khusus.
Berpikir  induktif  sebaliknya,  dimulai  dari  hal-hal  khusus  kemudian mengambil  kesimpulan  umum;kita  melakukan  generalisasi.  Ketepatan  berpikir  induktif bergantung  pada  memadainya  kasus  yang  dijadikan  dasar.  Berpikir  evaluatif  ialah  berpikir kritis,  menilai  baik  buruknya,  tepat  atau  tidaknya  suatu  gagasan.  Dalam  berpikir  evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Menetapkan Keputusan (Decision Making)
Keputusan  yang kita ambil beraneka ragam. Tapi ada tanda-tanda umumnya:
Keputusan merupakan  hasil  berpikir,  hasil  usaha  intelektual; 
Keputusan  selalu  melibatkan  pilihan dari  berbagai  alternatif;
Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Faktor-faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif, dan sikap.
Memecahkan Persoalan (Problem Solving)
Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap:
Anda mula-mula mengatasinya dengan pemecahan yang rutin.
Anda mencoba menggali memori anda untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa yang lalu.
Anda  mencoba  seluruh  kemungkinan  pemecahan  yang  pernah  anda  ingat  atau  yang pernah ada pikirkan.  Ini  disebut penyelesaian mekanis (mechanical solution) dengan uji coba (trial and error)
Anda mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah.
Tiba-tiba  terlintas  dalam  pikiran  anda  suatu  pemecahan.  Kilasan  pemecahan  ini  disebut Aha Erlebnis (pengalaman Aha) atau insight solution.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pemecahan Masalah :
Pemecahan  masalah  dipengaruhi  faktor-faktor  situasional  dan  personal.  Selain  itu  juga terdapat  faktor-faktor  biologis  dan  sosiopsikologis  yang  mempengaruhi  proses  pemecahan masalah. Faktor-faktor sosiopsikologis tersebut antara lain:
a.  Motivasi
b.  Kepercayaan dan sikap yang salah
c.  Kebiasaan
d.  Emosi
Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Berpikir menghasilkan metode-metode baru, konsep-konsep baru, pengertian-pengertian baru. Berpikir  kreatif  harus  memenuhi  tiga  syarat.  Pertama,  kreativitas  melibatkan  respons  atau gagasan  yang  baru,  atau  yang  secara  statistik  sangat  jarang  terjadi.  Kedua,  kreativitas  ialah dapat  memecahkan  masalah  secara  realistis.  Ketiga,  kreativitas  merupakan  usaha  untuk mempertahankan  insight  yang  orisinal,  menilai  dan  mengembangkannya  sebaik  mungkin (Mackinnon, 1962:485)
Proses Berpikir Kreatif
Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif:
Orientasi : masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasikan.
Preparasi : pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
Inkubasi : pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan jalan buntu tetapi pemecahan masalah terus berlangsung.
Iluminasi : masa inkubasi berakhir dan sebuah ilham pun didapatnya.
Verifikasi : tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diujikan pada tahap keempat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif

Beberapa  faktor  yang  secara  umum  menandai  orang-orang  kreatif
Kemampuan kognitif : termasuk disini kecerdasan diatas rata rata, kemampuan melahirkan gagasan gagasan baru, dan fleksibilitas kognitif.
Sikap yang terbuka : orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal; ia memiliki minat yang beragam dan meluas.
Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri : orang kreatif tidak senag digiring; ingin menampilkan dirinya sempunya dan semaunya.
2.1.2 Asumsi  Komunikasi Intrapersonal
Semua jenis komunikasi intrapersonal yang akan dilakukan oleh individu itu sebenarnya didatangkan pada konsep diri yang akarnya ada pada konsep diri, persepsi, dan ekspektasi. Intinya lahirnya komunikasi intrapersonal itu difokuskan pada peranan diri sendiri.
Komunikasi intrapersonal merupakan pondasi untuk melakukan komunikasi interpersonal. Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri sendiri. Suatu hal yang  penting bagi seseorang untuk mengenal diri sendiri. Belajar mengenai diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berpikir, merasakan, dan bagaimana kita mengamati, menginterprestasikan dan mereaksi lingkungan kita. Dengan memahami komunikasi intrapersonal memudahkan kita untuk mengenal pribadi kita.

2.1.3 Teori-teori Komunikasi Intrapersonal; Pencetus Teori dan Latar
   Belakang Teori.

2.1.3.1 Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)
Teori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing Learning Theory’. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Ada beberapa macam kondisi internal dalam komunikasi intrapersonal;
Keadaan di dalam individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran
Proses kognitif yang terjadi dalam individu selama proses pembelajaran berlangsung
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu :
Motivasi
Pemahaman
Pemerolehan
Penyimpanan
Ingatan kembali
Generalisasi
Perlakuan
Umpan balik
Dalam suatu kegiatan belajar, seseorang menerima informasi dan kemudian mengolah informasi tersebut di dalam memori. Pemrosesan informasi dalam memori manusia diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Sensory Memory, Short-term Memory,dan Long-term Memory.
1. Sensory Memory (SM)
Informasi masuk ke dalam sistem pengolah informasi manusia melalui berbagai saluran sesuai dengan inderanya. Sistem persepsi bekerja pada informasi ini untuk menciptakan apa yang kita pahami sebagai persepsi. Karena keterbatasan kemampuan dan banyaknya informasi yang masuk, tidak semua informasi bisa diolah. Informasi yang baru saja diterima ini disimpan dalam suatu ruang sementara (buffer) yang disebut sensory memory. Durasi suatu informasi dapat tersimpan di dalam sensory memory ini sangat singkat, kurang dari 1/2 sekon untuk informasi visual dan sekitar 3 sekon untuk informasi audio. Tahap pemrosesan informasi tahap pertama ini sangat penting karena menjadi syarat untuk dapat melakukan pemrosesan informasi di tahap berikutnya, sehingga perhatian pembelajar terhadap informasi yang baru diterimanya ini menjadi sangat diperlukan. Pembelajar akan memberikan perhatian yang lebih terhadap informasi jika informasi tersebut memiliki fituratau ciri khas yang menarik dan jika informasi tersebut mampu mengaktifkan pola pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge).

2. Short-term Memory (STM) atau “Working Memory”
Short-term memory atau working memory berhubungan dengan apa yang sedang dipikirkan seseorang pada suatu saat ketika menerima stimulus dari lingkungan. Durasi suatu informasi tersimpan di dalam short-term memory adalah 15 – 20 sekon. Durasi penyimpanan di dalamshort-term memory ini akan bertambah lama, bisa menjadi sampai 20 menit, jika terdapat pengulangan informasi. Informasi yang masuk ke dalam short-term memory berangsur-angsur menghilang ketika informasi tersebut tidak lagi diperlukan. Jika informasi dalamshort-term memory ini terus digunakan, maka lama-kelamaan informasi tersebut akan masuk ke dalam tahapan penyimpanan informasi berikutnya, yaitu long-term memory.
3. Long-term Memory (LTM)
Long-term memory merupakan memory penyimpanan yang relatif permanen, yang dapat menyimpan informasi meskipun informasi tersebut mungkin tidak diperlukan lagi. Informasi yang tersimpan di dalam long-term memory diorganisir ke dalam bentuk struktur pengetahuan tertentu, atau yang disebut dengan schema. Schema mengelompokkan elemen-elemen informasi sesuai dengan bagaimana nantinya informasi tersebut akan digunakan, sehingga schema memfasilitasi akses informasi di waktu mendatang ketika akan digunakan (proses memanggil kembali informasi). Dengan demikian, keahlian seseorang berasal dari pengetahuan yang tersimpan dalam bentuk schema di dalam long-term memory, bukan dari kemampuannya untuk melibatkan diri dengan elemen-elemen informasi yang belum terorganisasi di dalam long-term memory.
Penyimpanan informasi dalam long-term memory dapat diumpamakan seperti peristiwa yang terjadi pada penulisan data ke dalam disket atau hardisk komputer atau pun perekaman suara ke dalam kaset. Kapasitas penyimpanan dalam long-term memory ini dapat dikatakan tak terbatas besarnya dengan durasi penyimpanan seumur hidup. Kapasitas penyimpanan disebut tak terbatas dalam arti bahwa tidak ada seseorang pun yang pernah kekurangan “ruang” untuk menyimpan informasi baru, berapa pun umur orang tersebut. Durasi penyimpanan seumur hidup diartikan sebagai informasi yang sudah masuk di dalam long-term memory tidak akan pernah hilang, meskipun bisa saja terjadi informasi tersebut tidak berhasil diambil kembali (retrieval) karena beberapa alasan.
Teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term-memory (STM) lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term-memory (LTM). Otak manusia dianalogikan dengan komputer.
Terdapat dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Penyimpanan disini berlangsung cepat, hanya berlangsung sepersepuluh sampai seperempat detik.
Supaya dapat diingat, informasi harus dapat disandi (encoded) dan masuk pada STM. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah bit informasi disebut rentangan memori (memori span). Untuk meningkatkan kemampuan STM, para psikolog menganjurkan kita untuk mengelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
Bila informasi dapat dipertahankan pada STM, ia akan masuk pada LTM. Inilah yang umumnya disebut sebagai ingatan. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STM ke LTM dengan chunking, rehearsals, clustering, atau method of loci.
Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan yang berupa kecakapan manusia (Human Capabilities) yang terdiri atas:

1. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis atau lisan. Informasi verbal adalah berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan mengenai berbagai hal dalam bentuk verbal.
2. Kecakapan Intelektual
Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang menggunakan simbol-simbol. Misalnya simbol-simbol dalam bentuk matematik, seperti penambahan, pengurangan, pembagian, perkalian dan sebagainya. Kecakapan intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi). Konsep intelektual sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi Kognitif
Strategi kognitif ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan mengelola keseluruhan aktifitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktifitas yang efektif. Kalau kecakapan intelektual lebih banyak terarah kepada proses pemikiran pelajar. Strategi kognitif ini memberikan kemudahan bagi para pelajar untuk memilih informasi verbal dan kecakapan intelektual yang sesuai untuk diterapkan selama proses pembelajaran dan berfikir.
4. Sikap
Sikap ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan didalam diri individu yang akan member arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan. Dalam sikap terdapat pemikiran, peradaan yang menyertai pemikiran, dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Dalam pemrosesan informasi terdapat hambatan-hambatan. Berdasarkan (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002), hambatan teori pemrosesan informasi antara lain:
Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal.
Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.
Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan.
Kemampuan otak tiap individu tidak sama.
Selain itu teori ini membahas juga tentang input, pemrosesan, penyimpanan dan pencarian kembali informasi pada diri manusia. (Chaplin, 2008). Pada input, otak bergantung pada penginderaan untuk menemukan informasi yang berasal dari perangsang lingkungan, dan menyalurkannya ke dalam impuls saraf. Saraf sensoris dan jalan penyalurnya lewat urat saraf tulang belakang dan pusat-pusat subkortikal, dapat disamakan dengan saluran di dalam mesin, cuma memiliki satu kapasitas saluran saja (Chaplin, 2008).
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, dikembangkan model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan menggambarkan cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi.

2.1.3.2 Teori Interferensi (Interference Theory)
Teori Interferensi adalah teori psikologis yang menjelaskan tentang beberapa fitur dari memori. Ini menyatakan bahwa gangguan terjadi kita belajar tentang hal-hal yang baru, yang menyebabkan ingatan yang pernah kita simpan didalam otak itu bisa tergangu, akibat dari itu semua adanya persaingan antara ingatan yang baru masuk dengan ingatan yang sudah lama yang ada didalam otak kita.
Bergstrom (1892) psikolog Jerman, yang melakukan studi pertama tentang interferensi. Eksperimen ini mirip dengan Stroop tugas dan mata pelajaran yang diperlukan untuk menyortir dua deck kartu kata-kata ke dua tumpukan. Ketika lokasi berubah untuk tumpukan kedua, menyortir itu akan lebi lambat. Ini menyebabkan sorting aturan pertama menggangu belajar aturan baru.
Pada tahun 1924, James J. Jenkins dan Dallenback menunjukkan bahwa pengalaman sehari-hari dapat mengganggu memori dengan percobaan yang mengakibatkan retensi yang lebih baik selama periode tidur daripada atas jumlah waktu yang sama yang ditujukan untuk aktivitas.
Teori interferensi terbagi menjadi tiga jenis utama yang sangat mempengaruhi proses psikologis seseorang, diantaranya adalah;
1. Proaktif
2. Retroactive
3. Output
Shiffrin (1970) memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Pada kanvas itu sudah terlukis hukum relativitas. Segera setelah itu Anda mencoba merekam hukum medan gabungan. Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Inilah yang disebut interfensi. Misalkan, anda menghafal halaman pertama dalam kamus inggris-indonesia kemudian anda berhasil. Teruskan ke halaman kedua. Dan berhasil juga, tetapi yang di ingat pada halaman pertama akan berkurang. Ini yang disebut inhibisi retroaktif (hambatan kebelakang). Beberapa experimen menunjukan bahwa pelajaran yang dihafal sebelum tidur lebih awet dalam ingatan kita dari pada pelajaran yang dihafal sebelum kegiatan-kegiatan lain.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa ingatan atau rekaman kita dalam otak itu ada batasan. Rekaman yang kita dalam otak itu memiliki kemampuan penyimpanan yang terkadang bisa kehapus rekaman itu jika di isi dengan rekaman yang lain. Disinalah terjadi interferensi. Kaitan dengan komunikasi intrapersonal terkadang seseoarang yang berbicara di depan public, biasanya seseorang secara tiba-tiba lupa dengan apa yang ingin dia sampaikan, sebenarnya itu terjadi karena kita merekam terlalu banyak atau juga bisa di sebabkan rekaman kita kurang kuat di dalam otak kita.

The Decay Theory (Teori Peluruhan)
Teori peluruhan menyatakan bahwa memori memudar karena berlalunya waktu. Teori Peluruhan pertama kali diciptakan oleh Edward Thorndike dalam bukunya The Psychology of Learning  pada 1914. Teori ini menyatakan bahwa jika seseorang tidak mengakses dan menggunakan representasi memori, hal itu membentuk jejak memori yang akan memudar atau membusuk dari waktu ke waktu.
Teori Peluruhan menyatakan bahwa memori memudar karena berlalunya waktu. Oleh karena itu informasi hilang dengan berjalannya waktu serta kekuatan memori, menipis. Ketika seseorang belajar sesuatu yang baru, maka jejak memori dibuat. Namun, seiring berjalannya waktu,  jejak ini perlahan-lahan akan hancur.
Secara aktif berlatih mengingat informasi diyakini menjadi faktor utama menangkal peluruhan ingatan. Hal ini dipercaya karena neuron mati secara bertahap karena usia, namun beberapa kenangan yang lebih tua dapat lebih kuat dari kenangan yang terbaru. Dengan demikian, teori peluruhan sebagian besar mempengaruhi sistem memori jangka pendek, yang berarti kenangan yang lebih tua (dalam memori jangka panjang) lebih tahan terhadap guncangan atau serangan fisik pada otak.
Hal ini menyatakan bahwa perjalanan waktu saja tidak dapat menyebabkan lupa, dan Teori Peluruhan juga harus memperhitungkan beberapa proses yang terjadi pada lebih banyak waktu yang berlalu.
Asumsi dasar teori peluruhan adalah bahwa memori menjadi semakin pudar dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali. Informasi yang disimpan meninggalkan jejak-jejak memori yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam kesadaran, maka akan rusak atau menghilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar