2.1 Teori Komunikasi Intrapersonal
2.1.1 Definisi Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Sepintas lalu, memang agak lucu kedengarannya, kalau ada orang yang berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
Terjadi proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri sesorang.
Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari pancaindra yang dimilikinya. Hasil kerja dari proses pikiran tadi setelah dievaluasi pada gilirannya akan memberikan pengaruh pada pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam proses pengambilan keputusan, sering kali seseorang dihadapkan pada pilihan Ya atau Tidak. Keadaan semacam ini membawa seseorang pada situasi berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam mempertimbangkan untung ruginya suatu keputusan yang akan diambil. Cara ini hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan dirinya sendiri.
Beberapa kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap sesuatu yang terjadi dalam diri individu, belum dapat dinilai sebagai proses komunikasi, melainkan suatu aktivitas internal monolog (Asante, 1979).
Studi tentang komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal Communication) kurang begitu banyak mendapat perhatian terkecuali dari kalangan yang berminat dalam bidang psikologi behavioristik.
Menurut Lance Morrow dalam majalah Time (1998) mengatakan bahwa “berbicara dengan diri sendiri sering kali merupakan hal yang yang tidak bermartabat-pikiran jahat, pembenaran terhadap diri sendiri, serta maki-makian”. Sedangkan menurut Joan Aitken dan Leonard Shedletsky (1997) menyatakan bahwa komunikasi intrapersonal sebnarnya lebih dari itu. Komunikasi macam ini melibatkan banyak penilaian akan perilaku orang lain.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo’a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
Namun, pada tahun 1992, Pengertian tentang ‘communication intrapersonal’ itu sendiri adalah ambigu: banyak definisi tampak melingkar karena mereka meminjam, menerapkan dan dengan demikian mendistorsi fitur konseptual (misalnya, pengirim, penerima, pesan, dialog) ditarik dari komunikasi antar-orang normal, tidak diketahui entitas atau orang -bagian yang diduga melakukan ‘intrapersonal’ tukar, dalam banyak kasus, sebuah bahasa yang sangat pribadi yang mengemukakan, setelah analisis, ternyata benar-benar dapat diakses dan akhirnya tidak dapat dipertahankan. Secara umum, komunikasi intrapersonal tampaknya timbul dari kecenderungan untuk menafsirkan proses mental batin yang mendahului dan menyertai perilaku komunikatif kita seolah-olah mereka juga jenis lain proses komunikasi.
Komunikasi intrapersonal terjadi sebelum- pada saat- dan setelah terjadi komunikasi interpersonal. Dengan kata lain komunikasi intrapersonal mengiringi proses komunikasi interpersonal meski ia bisa berdiri sendiri. Komunikasi intrapersonal yang mengiri komunikasi interpersonal bertujuan untuk melakukan prediksi, evaluasi dan penguatan dalam kita berelasi sosial.
Pada Tahun 1990 terjadi sebuah kekacauan, Sebuah buku yang bertajuk Komunikasi YearBook mengeluarkan asumsi bahwa Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang memiliki konsef yang Cacat. Komunikasi intrapersonal, tampak, muncul dari serangkaian kejanggalan logis dan linguistik.
Pengertian tentang ‘communicaton intrapersonal’ itu sendiri adalah ambigu: banyak definisi tampak melingkar karena mereka meminjam, menerapkan dan dengan demikian mendistorsi fitur konseptual (misalnya, pengirim, penerima, pesan, dialog) ditarik dari komunikasi antar-orang normal, tidak diketahui entitas atau orang -bagian yang diduga melakukan ‘intrapersonal’ tukar, dalam banyak kasus, sebuah bahasa yang sangat pribadi yang mengemukakan, setelah analisis, ternyata benar-benar dapat diakses dan akhirnya tidak dapat dipertahankan.
Secara umum, komunikasi intrapersonal tampaknya timbul dari kecenderungan untuk menafsirkan proses mental batin yang mendahului dan menyertai perilaku komunikatif kita seolah-olah mereka juga jenis lain proses komunikasi. Titik keseluruhan adalah bahwa rekonstruksi proses mental batin kita dalam bahasa dan idiom percakapan sehari-hari masyarakat sangat dipertanyakan, lemah di terbaik.
Komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berfikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons.
1. Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” artinya, alat pengindraan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut B. Wolman, sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera. Psikologi menyebutkan sembilan alat indera yang digunakan oleh manusia: penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperatur, rasa sakit, perasa, dan penciuman. Sumber informasi bisa berasal dari dunia luar (eksternal), atau dari dalam diri sendiri (internal).
Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor, sedangkah informasi dari dalam diindera oleh interoseptor. Selain itu, gerakan tubuh kita sendiri diindera oleh proprioseptor. Semua yang menyentuh alat indera baik dari dalam ataupun dari luar disebut stimuli. Batas minimal intensitas stimuli disebut ambang mutlak (absolut threshold). Ketajaman sensasi juga ditentukan oleh faktor-faktor personal. Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya, disamping kapasitas alat indera yang berbeda.
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Meskipun begitu, menafsirkan makna inderawi tidak hanya melibatkan sensasi,tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. (Desiderato, 1976:129) Seperti juga sensasi, persepsi juga ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S Crutchfield menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural.
Faktor yang mempengaruhi persepsi :
Faktor eksternal penarik perhatian seperti gerakan, intensitas stimuli, kebaruan (novelty), pengulangan.
Perhatian yaitu proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal.
Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau menarik perhatian (attention getter). Sebuah stimuli diperhatikan karena memiliki sifat-sifat yang menonjol, antara lain
Gerakan = Manusia secara visual lebih tertarik pada objek-objek yang bergerak
Intensitas stimuli = Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol daripada stimuli yang lainnya.
Kebaruan (Novelty) = Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian.
Perulangan = Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian.
Faktor internal penarik perhatian adalah factor biologis yaitu factor kebutuhan biologis pada saat itu; dan factor sosiopsikologis yeng meliputi minat, kebiasaan, sikap. Biologis, sosiopsikologis
Faktor fungsional adalah yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kerangka acuan seseorang yang semuanya merupakan factor personal.
Faktor structural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek fisiologis pada individu
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukanlah jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Dari sini, Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Wever dan Zener menunjukkan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal eratnya bergantung pada rangkaian objek yang dinilainya. Kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Menurut McDavid dan Harari (1968:140), para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan amat berguna untuk menganalisa interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.
Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi :
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsisesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua: medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
Dalam hubungannya dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang ketiga: sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.
Asimilasi terjadi jika sifat-sifat kelompok menonjolkan atau melemahkan diri individu. Sedangkan kontras terjadi bila kita melihat sifat-sifar objek persepsi kita bertolak belakang dengan sifat-sifat kelompoknya.
Karena manusia selalu memandang stimuli dalam konteksnya, dalam strukturnya, maka ia pun akan mencoba mencari struktur pada rangkaian stimuli. Sturktur ini diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan. Prinsip kedekatan menyatakan bahwa stimuli yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu kelompok. Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang keempat: objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.
Pada persepsi sosial, pengelompokkan tidak murni struktural, sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu tidaklah dianggap sama atau berdekatan oleh individu yang lain. Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Pengelompokkan kultural erat kaitannya denga label; dan yang kita beri label yang sama cenderung dipersepsi sama. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang berdekatan juga dianggap berkaitan atau mempunyai hubungan sebab akibat. Menurut Krech dan Crutchfield, kecenderungan untuk mengelompokkan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.
3. Memori
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berpikir. Mempelajari memori membawa kita pada psikologi kognitif, terutama pada model manusia sebagai pengolah informasi. Menurut Schlessinger dan Groves, memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Menurut John Griffith, kapasitas memori manusia adalah sebesar seratus triliun bit.
Memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan.
Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal.
Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana.
Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif bila kita menambahkan informasi tambahan. Kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri. Sedangkan penyimpanan pasif adalah tidak adanya penambahan informasi.
Pemanggilan adalah menggunakan informasi yang disimpan, menggungkapkan kembali informasi apabila diperlukan.
Jenis-Jenis Memori
Pengingatan (Recall) proses aktif untuk mrnghasilkan fakta dan informasi secara verbatim/kata demi kata, tanpa petunjuk yg jelas.
Pengenalan (Recognition) untuk mrnginggat kembali sebuah fakta agak susah dibandingkan pengenalan kembali, dalam pengenalan ada petunjuk yang dijadikan acuan.
Belajar lagi (Relearning) menguasai kembali pelajaran yang pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memori dengan menghafalkan kembali
Redintegrasi (Redintegration) merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.
4. Berpikir
Proses keempat yang mempengaruhi penafsiran terhadap stimuli adalah berpikir. Dalam berpikir kita melibatkan semua proses antara lain sensasi, persepsi, dan memori.
Menurut Floyd L. Ruch, berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. Jadi, berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa.
Berpikir melibatkan penggunaan lambang, visual atu grafis. Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan, penjelasan dari realitas eksternal dan internal. Secara singkat, Anita Taylor mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan.
Ada dua macam berpikir: berpikir autistik dan berpikir realistik.
Dengan berpikir autistik orang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
Berpikir realistik, disebut juga nalar (reasoning) adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch menyebut tiga macam berpikir realistik: deduktif, induktif, dan evaluatif.
Berpikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan umum. Dalam berpikir deduktif, kita mulai dari hal-hal umum pada hal-hal yang khusus.
Berpikir induktif sebaliknya, dimulai dari hal-hal khusus kemudian mengambil kesimpulan umum;kita melakukan generalisasi. Ketepatan berpikir induktif bergantung pada memadainya kasus yang dijadikan dasar. Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Menetapkan Keputusan (Decision Making)
Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. Tapi ada tanda-tanda umumnya:
Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual;
Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif;
Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Faktor-faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif, dan sikap.
Memecahkan Persoalan (Problem Solving)
Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap:
Anda mula-mula mengatasinya dengan pemecahan yang rutin.
Anda mencoba menggali memori anda untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa yang lalu.
Anda mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah anda ingat atau yang pernah ada pikirkan. Ini disebut penyelesaian mekanis (mechanical solution) dengan uji coba (trial and error)
Anda mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah.
Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan. Kilasan pemecahan ini disebut Aha Erlebnis (pengalaman Aha) atau insight solution.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pemecahan Masalah :
Pemecahan masalah dipengaruhi faktor-faktor situasional dan personal. Selain itu juga terdapat faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis yang mempengaruhi proses pemecahan masalah. Faktor-faktor sosiopsikologis tersebut antara lain:
a. Motivasi
b. Kepercayaan dan sikap yang salah
c. Kebiasaan
d. Emosi
Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Berpikir menghasilkan metode-metode baru, konsep-konsep baru, pengertian-pengertian baru. Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Kedua, kreativitas ialah dapat memecahkan masalah secara realistis. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin (Mackinnon, 1962:485)
Proses Berpikir Kreatif
Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif:
Orientasi : masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasikan.
Preparasi : pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
Inkubasi : pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan jalan buntu tetapi pemecahan masalah terus berlangsung.
Iluminasi : masa inkubasi berakhir dan sebuah ilham pun didapatnya.
Verifikasi : tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diujikan pada tahap keempat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif
Beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif
Kemampuan kognitif : termasuk disini kecerdasan diatas rata rata, kemampuan melahirkan gagasan gagasan baru, dan fleksibilitas kognitif.
Sikap yang terbuka : orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal; ia memiliki minat yang beragam dan meluas.
Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri : orang kreatif tidak senag digiring; ingin menampilkan dirinya sempunya dan semaunya.
2.1.2 Asumsi Komunikasi Intrapersonal
Semua jenis komunikasi intrapersonal yang akan dilakukan oleh individu itu sebenarnya didatangkan pada konsep diri yang akarnya ada pada konsep diri, persepsi, dan ekspektasi. Intinya lahirnya komunikasi intrapersonal itu difokuskan pada peranan diri sendiri.
Komunikasi intrapersonal merupakan pondasi untuk melakukan komunikasi interpersonal. Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri sendiri. Suatu hal yang penting bagi seseorang untuk mengenal diri sendiri. Belajar mengenai diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berpikir, merasakan, dan bagaimana kita mengamati, menginterprestasikan dan mereaksi lingkungan kita. Dengan memahami komunikasi intrapersonal memudahkan kita untuk mengenal pribadi kita.
2.1.3 Teori-teori Komunikasi Intrapersonal; Pencetus Teori dan Latar
Belakang Teori.
2.1.3.1 Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)
Teori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing Learning Theory’. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Ada beberapa macam kondisi internal dalam komunikasi intrapersonal;
Keadaan di dalam individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran
Proses kognitif yang terjadi dalam individu selama proses pembelajaran berlangsung
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu :
Motivasi
Pemahaman
Pemerolehan
Penyimpanan
Ingatan kembali
Generalisasi
Perlakuan
Umpan balik
Dalam suatu kegiatan belajar, seseorang menerima informasi dan kemudian mengolah informasi tersebut di dalam memori. Pemrosesan informasi dalam memori manusia diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Sensory Memory, Short-term Memory,dan Long-term Memory.
1. Sensory Memory (SM)
Informasi masuk ke dalam sistem pengolah informasi manusia melalui berbagai saluran sesuai dengan inderanya. Sistem persepsi bekerja pada informasi ini untuk menciptakan apa yang kita pahami sebagai persepsi. Karena keterbatasan kemampuan dan banyaknya informasi yang masuk, tidak semua informasi bisa diolah. Informasi yang baru saja diterima ini disimpan dalam suatu ruang sementara (buffer) yang disebut sensory memory. Durasi suatu informasi dapat tersimpan di dalam sensory memory ini sangat singkat, kurang dari 1/2 sekon untuk informasi visual dan sekitar 3 sekon untuk informasi audio. Tahap pemrosesan informasi tahap pertama ini sangat penting karena menjadi syarat untuk dapat melakukan pemrosesan informasi di tahap berikutnya, sehingga perhatian pembelajar terhadap informasi yang baru diterimanya ini menjadi sangat diperlukan. Pembelajar akan memberikan perhatian yang lebih terhadap informasi jika informasi tersebut memiliki fituratau ciri khas yang menarik dan jika informasi tersebut mampu mengaktifkan pola pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge).
2. Short-term Memory (STM) atau “Working Memory”
Short-term memory atau working memory berhubungan dengan apa yang sedang dipikirkan seseorang pada suatu saat ketika menerima stimulus dari lingkungan. Durasi suatu informasi tersimpan di dalam short-term memory adalah 15 – 20 sekon. Durasi penyimpanan di dalamshort-term memory ini akan bertambah lama, bisa menjadi sampai 20 menit, jika terdapat pengulangan informasi. Informasi yang masuk ke dalam short-term memory berangsur-angsur menghilang ketika informasi tersebut tidak lagi diperlukan. Jika informasi dalamshort-term memory ini terus digunakan, maka lama-kelamaan informasi tersebut akan masuk ke dalam tahapan penyimpanan informasi berikutnya, yaitu long-term memory.
3. Long-term Memory (LTM)
Long-term memory merupakan memory penyimpanan yang relatif permanen, yang dapat menyimpan informasi meskipun informasi tersebut mungkin tidak diperlukan lagi. Informasi yang tersimpan di dalam long-term memory diorganisir ke dalam bentuk struktur pengetahuan tertentu, atau yang disebut dengan schema. Schema mengelompokkan elemen-elemen informasi sesuai dengan bagaimana nantinya informasi tersebut akan digunakan, sehingga schema memfasilitasi akses informasi di waktu mendatang ketika akan digunakan (proses memanggil kembali informasi). Dengan demikian, keahlian seseorang berasal dari pengetahuan yang tersimpan dalam bentuk schema di dalam long-term memory, bukan dari kemampuannya untuk melibatkan diri dengan elemen-elemen informasi yang belum terorganisasi di dalam long-term memory.
Penyimpanan informasi dalam long-term memory dapat diumpamakan seperti peristiwa yang terjadi pada penulisan data ke dalam disket atau hardisk komputer atau pun perekaman suara ke dalam kaset. Kapasitas penyimpanan dalam long-term memory ini dapat dikatakan tak terbatas besarnya dengan durasi penyimpanan seumur hidup. Kapasitas penyimpanan disebut tak terbatas dalam arti bahwa tidak ada seseorang pun yang pernah kekurangan “ruang” untuk menyimpan informasi baru, berapa pun umur orang tersebut. Durasi penyimpanan seumur hidup diartikan sebagai informasi yang sudah masuk di dalam long-term memory tidak akan pernah hilang, meskipun bisa saja terjadi informasi tersebut tidak berhasil diambil kembali (retrieval) karena beberapa alasan.
Teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term-memory (STM) lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term-memory (LTM). Otak manusia dianalogikan dengan komputer.
Terdapat dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Penyimpanan disini berlangsung cepat, hanya berlangsung sepersepuluh sampai seperempat detik.
Supaya dapat diingat, informasi harus dapat disandi (encoded) dan masuk pada STM. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah bit informasi disebut rentangan memori (memori span). Untuk meningkatkan kemampuan STM, para psikolog menganjurkan kita untuk mengelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
Bila informasi dapat dipertahankan pada STM, ia akan masuk pada LTM. Inilah yang umumnya disebut sebagai ingatan. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STM ke LTM dengan chunking, rehearsals, clustering, atau method of loci.
Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan yang berupa kecakapan manusia (Human Capabilities) yang terdiri atas:
1. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis atau lisan. Informasi verbal adalah berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan mengenai berbagai hal dalam bentuk verbal.
2. Kecakapan Intelektual
Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang menggunakan simbol-simbol. Misalnya simbol-simbol dalam bentuk matematik, seperti penambahan, pengurangan, pembagian, perkalian dan sebagainya. Kecakapan intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi). Konsep intelektual sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi Kognitif
Strategi kognitif ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan mengelola keseluruhan aktifitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktifitas yang efektif. Kalau kecakapan intelektual lebih banyak terarah kepada proses pemikiran pelajar. Strategi kognitif ini memberikan kemudahan bagi para pelajar untuk memilih informasi verbal dan kecakapan intelektual yang sesuai untuk diterapkan selama proses pembelajaran dan berfikir.
4. Sikap
Sikap ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan didalam diri individu yang akan member arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan. Dalam sikap terdapat pemikiran, peradaan yang menyertai pemikiran, dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Dalam pemrosesan informasi terdapat hambatan-hambatan. Berdasarkan (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002), hambatan teori pemrosesan informasi antara lain:
Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal.
Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.
Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan.
Kemampuan otak tiap individu tidak sama.
Selain itu teori ini membahas juga tentang input, pemrosesan, penyimpanan dan pencarian kembali informasi pada diri manusia. (Chaplin, 2008). Pada input, otak bergantung pada penginderaan untuk menemukan informasi yang berasal dari perangsang lingkungan, dan menyalurkannya ke dalam impuls saraf. Saraf sensoris dan jalan penyalurnya lewat urat saraf tulang belakang dan pusat-pusat subkortikal, dapat disamakan dengan saluran di dalam mesin, cuma memiliki satu kapasitas saluran saja (Chaplin, 2008).
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, dikembangkan model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan menggambarkan cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi.
2.1.3.2 Teori Interferensi (Interference Theory)
Teori Interferensi adalah teori psikologis yang menjelaskan tentang beberapa fitur dari memori. Ini menyatakan bahwa gangguan terjadi kita belajar tentang hal-hal yang baru, yang menyebabkan ingatan yang pernah kita simpan didalam otak itu bisa tergangu, akibat dari itu semua adanya persaingan antara ingatan yang baru masuk dengan ingatan yang sudah lama yang ada didalam otak kita.
Bergstrom (1892) psikolog Jerman, yang melakukan studi pertama tentang interferensi. Eksperimen ini mirip dengan Stroop tugas dan mata pelajaran yang diperlukan untuk menyortir dua deck kartu kata-kata ke dua tumpukan. Ketika lokasi berubah untuk tumpukan kedua, menyortir itu akan lebi lambat. Ini menyebabkan sorting aturan pertama menggangu belajar aturan baru.
Pada tahun 1924, James J. Jenkins dan Dallenback menunjukkan bahwa pengalaman sehari-hari dapat mengganggu memori dengan percobaan yang mengakibatkan retensi yang lebih baik selama periode tidur daripada atas jumlah waktu yang sama yang ditujukan untuk aktivitas.
Teori interferensi terbagi menjadi tiga jenis utama yang sangat mempengaruhi proses psikologis seseorang, diantaranya adalah;
1. Proaktif
2. Retroactive
3. Output
Shiffrin (1970) memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Pada kanvas itu sudah terlukis hukum relativitas. Segera setelah itu Anda mencoba merekam hukum medan gabungan. Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Inilah yang disebut interfensi. Misalkan, anda menghafal halaman pertama dalam kamus inggris-indonesia kemudian anda berhasil. Teruskan ke halaman kedua. Dan berhasil juga, tetapi yang di ingat pada halaman pertama akan berkurang. Ini yang disebut inhibisi retroaktif (hambatan kebelakang). Beberapa experimen menunjukan bahwa pelajaran yang dihafal sebelum tidur lebih awet dalam ingatan kita dari pada pelajaran yang dihafal sebelum kegiatan-kegiatan lain.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa ingatan atau rekaman kita dalam otak itu ada batasan. Rekaman yang kita dalam otak itu memiliki kemampuan penyimpanan yang terkadang bisa kehapus rekaman itu jika di isi dengan rekaman yang lain. Disinalah terjadi interferensi. Kaitan dengan komunikasi intrapersonal terkadang seseoarang yang berbicara di depan public, biasanya seseorang secara tiba-tiba lupa dengan apa yang ingin dia sampaikan, sebenarnya itu terjadi karena kita merekam terlalu banyak atau juga bisa di sebabkan rekaman kita kurang kuat di dalam otak kita.
The Decay Theory (Teori Peluruhan)
Teori peluruhan menyatakan bahwa memori memudar karena berlalunya waktu. Teori Peluruhan pertama kali diciptakan oleh Edward Thorndike dalam bukunya The Psychology of Learning pada 1914. Teori ini menyatakan bahwa jika seseorang tidak mengakses dan menggunakan representasi memori, hal itu membentuk jejak memori yang akan memudar atau membusuk dari waktu ke waktu.
Teori Peluruhan menyatakan bahwa memori memudar karena berlalunya waktu. Oleh karena itu informasi hilang dengan berjalannya waktu serta kekuatan memori, menipis. Ketika seseorang belajar sesuatu yang baru, maka jejak memori dibuat. Namun, seiring berjalannya waktu, jejak ini perlahan-lahan akan hancur.
Secara aktif berlatih mengingat informasi diyakini menjadi faktor utama menangkal peluruhan ingatan. Hal ini dipercaya karena neuron mati secara bertahap karena usia, namun beberapa kenangan yang lebih tua dapat lebih kuat dari kenangan yang terbaru. Dengan demikian, teori peluruhan sebagian besar mempengaruhi sistem memori jangka pendek, yang berarti kenangan yang lebih tua (dalam memori jangka panjang) lebih tahan terhadap guncangan atau serangan fisik pada otak.
Hal ini menyatakan bahwa perjalanan waktu saja tidak dapat menyebabkan lupa, dan Teori Peluruhan juga harus memperhitungkan beberapa proses yang terjadi pada lebih banyak waktu yang berlalu.
Asumsi dasar teori peluruhan adalah bahwa memori menjadi semakin pudar dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali. Informasi yang disimpan meninggalkan jejak-jejak memori yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam kesadaran, maka akan rusak atau menghilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar