Sabtu, 02 April 2016

Beriman dan Bertakwa

BERIMAN

Pengertian Keimanan

Iman menurut pengertian bahasa adalah membenarkan dengan hati. Adapun pengertian iman sebenarnya adalah (menurut agama islam) yaitu : membenarkan dengan hati, membenarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan.
Jadi iman kepada Allah artinya hati kita terlebih dahulu membenarkan adanya Allah dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya, lalu lisan kita mengucapkan pengakuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad SAW utusan-Nya, dan setelah itu kita harus menaati dan mengamalkan segala ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Dengan pengertian tersebut jelaslah bahwa iman itu merupakan perpaduan antara aqidah dan syariah, atau perpaduan antara keyakinan dan amal perbuatan. Seseorang yang mengaku beriman kepada Allah, tetapi tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya, orang tersebut belum bisa dikatakan beriman menurut pengertian yang sebenarnya.

Dasar-dasar yang harus kita imani ada enam perkara yang dikenal dengan rukun iman, yaitu :

1. iman kepada Allah
2. iman kepada malaikat-malaikat-Nya
3. iman kepada kitab-kitab-Nya
4. iman kepada Rasul-rasul-nya
5. iman kepada hari akhir
6. iman kepada Qadla dan Qadar Allah yang baik dan yang buruk.

Sifat-sifat yang wajib bagi Allah ada 13 sifat, yaitu:

1.         Wujud artinya ada ; mustahil adam artinya tidak ada
2.         Qidam artinya terdahulu; mustahil Hudust artinya baru
3.         Baqa artinya kekal ; mustahil Fana artinya rusak.
4.         Mukhalaah lilhawaditsi artinya berbeda dengan yang baru ; mustahil Mumatsalah
lilhawaditsi artinya     sama dengan yang baru.
5.         Qiyamyhu Binafsihi artinya berdiri sendiri ; mustahil Muhtajun ila Ghairini artinya
memerlukan  yang lain.
6.         Wahdaniat artinya Esa ; mustahil Ta’addud artinya berbilang
7.         Qudarat artinya berkuasa ; mustahil Ajzun artinya lemah
8          Iradat artinya berkehendak ;mustahil Karahah artinya terpaksa
9.         ilmu artinya mengetahui ;mustahil Jahlun artinya bodoh
10.       Hayat artinya hidup ; mustahil Mautun artinya mati
11.       Sama artinya mendengar ; mustahil Shamam artinya tuli
12.       bashar artinya melihat ; mustahil A’ma artinya Buta
13        Kalam artinya berbicara ; mustahil Bukmum artinya Bisu.

Dan sifat jaiz(mungkin) bagi Allah hanya satu, yaitu Allah bebas berbuat dan bebas tidak berbuat. Artinya Allah tidak wajib dan tidak mustahil membuat sesuatu. Jika Allah menghendaki maka jadilah sesuatu itu terwujud dan apabila Allah tidak menghendaki maka tidak pula akan terwujud.

Sungguh banyak cara yang bisa dilakukan seorang muslim untuk meningkatkan keimanannya. Diantara cara tersebut adalah berikut ini:

1.   Mentadabburi Al-Quran

Tadabbur (mengkaji) Al-Quran merupakan salah satu cara yang utama untuk memperkuat keimanan. Semakin dalam seseorang mengkaji Al-Quran, dan semakin banyak ilmu dan ma’rifat yang dia dapatkan di dalamnya, niscaya akan semakin bertambah keimanannya. Demikian pula ketika ia mengamati keteraturan dan ketepatan susunan ayat-ayatnya, niscaya dia akan mendapati bahwa keseluruhan ayat Al-Quran saling membenarkan antara satu dan lainnya, tidak ada pertentangan di antaranya. Apabila seseorang membaca Al-Quran dengan penuh tadabbur, memahami makna dan maksudnya-layaknya buku yang dihafal oleh seseorang lalu ia menerangkannya-niscaya dia akan dapat memahami maksud Allah Swt. yang telah menurunkan Al-Quran tersebut. Dan ini merupakan salah satu penguat iman yang paling besar.

2.   Banyak Berdzikir

Sebab lain yang dapat memperkuat keimanan adalah memperbanyak dzikir dan berdo’a kepada Allah . Yaitu dzikir yang dilakukan setiap saat, baik dengan lisan, hati, amal (perbuatan), maupun sikap. Perlu diingat bahwa kadar keimanan seseorang tergantung pada banyaknya ia berdzikir.

3.   Menjauhi Perbuatan Dosa

Hal lain yang akan mengokohkan keimanan adalah menjauhkan diri dari segala yang mengantarkan kepada kekufuran, nifak, fasik, dan maksiat.

4.   Mengenal Kebaikan-kebaikan Islam

Menyadari kebaikan-kebaikan yang ada pada ajaran Islam merupakan salah satu faktor penguat keimanan. Sesungguhnya semua ajaran Islam baik. ‘Aqidahnya adalah yang paling benar dan paling bermanfaat. Akhlaknya adalah yang paling bagus. Segala hukum dan amalan yang ada di dalamnya adalah yang terbaik dan teradil. Dengan cara pandang seperti ini, Allah Ta’ala akan menghiasi hati hamba dengan keimanan dan menjadikannya cinta kepada-Nya.

5.   Beribadah Dengan Optimal

Faktor penting lainnya yang dapat menguatkan keimanan adalah beribadah kepada Allah dengan ihsan (optimal) dan berbuat baik kepada makhluk-Nya. Ihsan dalam beribadah terwujud dengan bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah seakan-akan ia melihat-Nya. Jika ia tak mampu   melakukan hal itu, maka ia menghadirkan dalam hatinya satu keyakinan bahwa Allah menyaksikan dan melihatnya. Hal ini akan membuat seorang hamba bersungguh-sungguh dalam beramal dan melakukannya dengan sangat baik. Ia senantiasa berjuang melawan nafsunya sehingga iman dan keyakinannya kuat dan sampai kepada derajat haqqul yaqin yang merupakan martabat keimanan yang paling tinggi. Itulah saat ketika ia merasakan manisnya berbuat taat.

 Wujud Iman

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:

1. Ilahiyah: Hubungan dengan Allah
2. Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3. Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4. Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

KETAQWAAN

Pengertian Ketaqwaan

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara bahasa berarti penjagaan/ perlindungan yang membentengi manusia dari hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu, orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakanperintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya kerena takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa.

Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain, diri sendiri dan lingkungannya.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting dalam agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari segala pekerjaan seorang muslim.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.

Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan tata cara yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah

Ruang lingkup Taqwa

1.Hubungan manusia dengan Allah SWT
2.Hubungan manusia dengan hati nuranui dan dirinya sendiri
3.Hubungan manusia dengan sesama manusia
4.Hubungan manusia dengan lingkungan hidup

Hubungan dengan Allah SWT

Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang yang menghambakan dirinya kepada Allah SWT dan selalu menjaga hubungan dengannya setiap saat sehingga kita dapat menghindari dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan ibadah secara sunguh-sungguh dan ikhlas seperti mendirikan shalat dengan khusyuk sehingga dapat memberikan warna dalam kehidupan kita, melaksanakan puasa dengan ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan pengendalian diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan kita dari ketamakan. Dan hati yang dapat mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah tersebut ditetapkannya bukan untuk kepentingan Allah sendiri melainkan merupakan untuk keselamatan manusia.
Ketaqwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah menurut cara-cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia, seperti yang terdapat dalam surat Ali-imran ayat 138 yang artinya:
“inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa “. (QS. Ali-imran 3:138)
manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun, melakukan ibadah haji sekali dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sebagai hamba Allah sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, bersabar dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh Allah serta memohon ampun atas segala dosa yang telahdilakukan.

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan sesama serta lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati nuraninya dengan baik seperti yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa mengendalikan hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya menjadi budak nafsu belaka seperti yang tertulis dalam Al-quran Surat Yusuf ayat 53 yang artinya:
“Dan aku tidak membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali siapa yang diberi rahmat oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha pengampum lagi maha penyayang”. (QS. Yusuf 12:53)

Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri sendiri agar mampu mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan ciri-ciri, antara lain :

1)Sabar
2)Tawaqal
3)Syukur
4) Berani

Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam menjalani segala perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia juga harus selalu berusaha dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan, serta selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang telah ditentukan.

Hubungan manusia dengan manusia

Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangasaan dll. Semua konsep tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang berhubungan dengan manusia dengan manusia (hablum minannas) atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan bernegara. Mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia dirsebut sebagai makhluk social. Maka tak ada tempatnya diantara mereka salingmembanggakan dan menyombongkan diri., sebab kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan martabatnya, ataupun dari jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia sama derajatnya dimata allah, yang membedakannya adalah ketaqwaannya. Artinya orang yang paling bertaqwa adalah orang yang paling mulia disisi allah swt.
Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidupnya yang selaras dengan nilai dan norma agama, selain itu sikap taqwa juga tercemin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan menjadi motor penggerak, gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebijakan.

Surat Al-baqarah ayat 177:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatukebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada allah, hari kemudian, malaikat, kitab, nabi, danmemberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, oaring miskin, musafir(yangmemerlukan pertolongan), dan orang-orangyang meminta-minta, dan (merdekakanlah)hamba sahaya, mendirikan shalat danmenunaikan zakat. Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang yang bersabar dalam kesempatan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar(imannya)mereka itulah orang yang bertaqwa. (Al- baqarah 2:177).
Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang yang bertaqwa dan dasar hubungan dengan Allah. Selanjutnya Allan menggambarkan hubungankemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta dan orang-orang menepati janji. Dalam ayat ini Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan antar aspek keimanan dan shalat

Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup

Taqwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang dengan lingkungan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek yang bertanggung jawab menggelola dan memelihara lingkungannya. Sebagaipenggelola, manusia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya didunia tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka. Alam dan segala petensi yang ada didalamnya telah diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang berguna bagi manusia.
Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk bekerja keras menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat menghasilkan barang yang bermanfaat bagi manusia. Disamping itu, manusia bertindak pula sebagai penjaga dan pemelihara lingkungan alam. Menjaga lingkunan adalah memberikan perhatian dan kepedulian kepada lingkungan hidup dengan saling memberikan manfaat. Manusia memanfaatkan lingkungan untuk kesejahteraan hidupnya tanpa harus merusak dan merugikan lingkungan itu sendiri.

Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan sebaik-baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat dan juga memeliharanya agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini menunjukan bahwa manusia jauh dariketaqwaan. Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi pada lingkungan itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka membayangi kehidupan manusia. Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat habis oleh manusia mengakibatkan bencana banjir dan erositanah sehingga terjadi longsor yang dapat merugikan manusia.
Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus disyukuri dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut dengan sebaik-baiknya. Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Mensyukuri nikmat Allahdengan cara ini akan menambah kualitas nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan diberi azab yang sangat menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam akibat eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan manusia.

Ciri- ciri Orang Bertaqwa

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-yat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS.7:96)

Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an

A.     Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:
1.      Beriman pada yang ghaib
2.      Mendirikan salat
3.      Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya
4.      Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.
5.      Yakin kepada hari akhirat
Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan yang taqwa, Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya juga sembahyang.Setiap agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan tempat yang berbeda-beda.

B.     Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar  dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :

1.      Beriman kepada Allah(Tuhan YME),hari akhirat,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi
2.      Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak yatim,orang-orang miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang yang meminta-minta.
3.      Membebaskan perbudakan
4.      Mendirikan salat
5.      Menunaikan zakat
6.      Memenuhi janji bila berjanji
7.      Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan.

C.     Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu :

1.      Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit
2.      Orang-orang yang menahan amarahnya
3.      Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
4.      Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
5.      Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.

Sumber :

http://taqwadanberiman.blogspot.co.id/2013/04/makalah-taqwa-dan-ruang-lingkupnya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar